Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

PSSI dan Kutukan Sisifus

Albert Camus (1913-1960), sastrawan eksistensialis asal Perancis itu, tahun 1942 menulis “Le Mythe de Sisyphe” (Mitos Sisifus).

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in PSSI dan Kutukan Sisifus
logo PSSI (Football Association of Indonesia) 

Pada leg pertama, Indonesia yang bertandang lebih dulu ke kandang Malaysia secara mengejutkan tumbang dengan skor 3-0. Padahal, ketika itu Indonesia diunggulkan atau setidaknya bisa menahan imbang tuan rumah, mengingat pada fase grup tim Merah Putih berhasil menang dengan skor telak 5-1.

Pun, Timnas Indonesia U-19 tersingkir di Piala AFC U-19. Mereka kalah 0-2 dari Jepang di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, pada babak perempat final Piala AFC U-19, Minggu (28/10/2018).

Timas Indonesia juga gagal melangkah ke semifinal Piala AFF 2018 setelah kalah 2-4 dari Thailand pada laga ketiga Grup B, Sabtu (17/11/2018) malam, di Stadion Rajamangala, Bangkok, dan ditahan imbang 0-0 Filipina di SUGBK, Jakarta, Minggu (25/11/2018).

Apakah kekalahan demi kekalahan yang dialami Indonesia tersebut diwarnai match fixing? Kita tidak tahu. Yang jelas, perjuangan Indonesia meraih juara pernah (bahkan kerap) kandas di tengah jalan akibat dugaan match fixing. Apa yang dilakukan Timnas dan PSSI pun sia-sia, seperti Sisifus yang terkena kutukan para dewa.

Langkah PSSI membenahi pengelolaan organisasi dan mendongkrak prestasi sepak bola nasional pun sia-sia seperti Sisifus akibat adanya oknum-oknum nakal di inner cycle yang diduga terkait match fixing.

Bila benar PSSI mau membersihkan diri, mengapa Edy Rahmayadi tidak menjebak saja bandar judi yang menawarinya suap Rp 1,5 triliun itu dengan menggandeng Polri?

Kalau mau lepas dari kutukan Sisifus, mengapa PSSI tidak proaktif membongkar praktik culas match fixing bahkan justru terus menyembunyikannya? 

Berita Rekomendasi

Kalau sudah begini, quo vadis (mau dibawa ke mana PSSI)?

Karyudi Sutajah Putra: Komisioner Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN), Jakarta.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas