Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mewaspadai Munculnya Kaum Khawarij Model Baru
Pada era elektronik, masyarakat mengenal alat komunikasi seperti radio telegram, telepon genggam (smartphone), televisi, tablet, ipad, dan internet.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: M. Muchlas Rowie
Aktivis Muhammadiyah dan Ketua Yayasan Fosilat JGC
TRIBUNNEWS.COM - Ketika membayangkan seperti apa puncak peradaban manusia, maka salah satu yang muncul dalam benak kita atau siapa pun adalah dengan adanya kemajuan peradaban, maka ‘kualitas kehidupan menjadi utama’.
Termasuk ketika kita memasuki masa yang dikenal dengan era elektronik (electronic age).
Pada era elektronik, masyarakat mengenal alat komunikasi seperti radio telegram, telepon genggam (smartphone), televisi, tablet, ipad, dan internet.
Puncak pencapaian masa ini adalah ketika masyarakat memiliki kemudahan dalam menjalin komunikasi satu sama lain.
Kita lalu dihadapkan dengan dominasi era digital, dimana seseorang dapat dengan mudah terhubung dengan orang lain meski puluhan ribu kilo meter jaraknya, lalu dunia pun menjadi kampung global.
Sayangnya, seiring segala kemudahan yang kita raih, ternyata muncul pula persoalan dan kesulitan baru terutama untuk membangun kohesivitas yang menjadi perekat masyarakat sebelumnya.
Hal ini terjadi lantaran dibalik segala kemudahan ternyata ada pula banyak ‘gangguan’. Kita selalu terhubung dengan email, dengan pesan singkat, dengan sosial media, dan kita menggunakan telepon genggam kita selama 24 jam setiap harinya.
Kita datang ke restoran, dan kita melihat bahwa masing-masing anggota keluarga kita menggunakan telepon genggam untuk mengakses banyak hal dan malah tidak saling memperhatikan satu sama lain.
Kemajuan peradaban yang kita bayangkan sebelumnya akan berdampak pada meningkatnya kualitas hidup, ternyata malah sebaliknya membawa kemunduran, alih-alih kerusakan.
Bukan kualitas hidup yang kian bertambah, melainkan sebaliknya malah mengalami penurunan kualitas kehidupan yang sangat signifikan.
Dari sisi apa?
Bila meminjam ungkapannya Doktor Kamba, bahwa puncak peradaban adalah sopan santun, maka apa yang saat ini terjadi adalah sebaliknya.
Dimana sulit sekali kita menemukan sopan santun, rasa saling menghormati dan menghargai (akhlak) dalam chat-chat di media sosial kita saat ini, yang ada adalah caci maki dan sumpah serapah.