Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mewaspadai Munculnya Kaum Khawarij Model Baru
Pada era elektronik, masyarakat mengenal alat komunikasi seperti radio telegram, telepon genggam (smartphone), televisi, tablet, ipad, dan internet.
Editor: Hasanudin Aco
Karena dalam sejarahnya, orang-orang seperti inilah yang kita kenal sebagai kaum khawarij.
Diawali dengan terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan. Lalu menyisakan konflik yang membelah ummat. Ada kekosongan Pemerintahan selama beberapa hari.
Fitnah berkembang meluas. Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi Khalifah dalam situasi yang genting. Muawiyah bin Abu Sufyan yang masih kerabat Utsman menuntut keadilan agar semua yang terlibat dalam konspirasi pembunuhan itu diadili dan dihukum.
Kesepakatan atau Tahkim yang terjadi antara kubu Ali dan kubu Muawiyah ditentang oleh kalangan yang kelak dinamakan Khawarij. Penentangan yang ekstrem karena mereka merasa dirinya yang paling benar dan kedua fihak harus diperangi. Mereka menyusun rencana untuk membunuh Ali dan Muawiyah. Namun dalam pelaksanaannya hanya Ali yang berhasil mereka bunuh.
Rasulullah sendiri sudah memberikan peringatan terkait golongan ini. Dalam suatu riwayat disebutkan,
"Sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu kaum yang membaca al-Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkongannya, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Mereka terlepas dari Islam sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya. Kalau aku menjumpai mereka sungguh akan aku perangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad”
Demikianlah pemahaman ini berkembang dari masa ke masa.
Ciri khas Khawarij adalah mengkafirkan pemerintah kaum muslimin dan orang-orang yang bersama pemerintah tersebut (karena melakukan dosa-dosa besar). Disamping itu mereka juga memberontak kepada pemerintah kaum muslimin, menghalalkan darah dan harta kaum muslimin.
Kita atau siapa pun tentu sangat berharap, semoga ini bukan gejala dari kemunculan apa yang tadi disebut sebagai ‘Khawarij Model Baru’.
Tapi sebagai bagian dari masyarakat yang mendamba kemajuan peradaban patutlah kita waspadai.
Karena saat ini, nyata-nyata kita temukan; di bilik-bilik digital ada upaya menarik-narik klaim kebenaran ini ke ranah politik. Kulminasinya, orang yang berbeda pilihan dengan sangat mudah divonis tak berhak berada di kubu yang ‘benar’ alias keliru baik pilihan politik maupun ideologi yang dipahaminya.
Baginya, pilihan dan idelogi politik yang dianutnyalah yang benar. Semoga kita dijauhkan dari pikiran-pikiran ‘khawarij model baru’ yang tentu saja berpotensi memecah belah umat dan menghancurkan peradaban.