Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Saatnya Menetapkan Arah Masa Depan Bangsa
Kini, pilihan dan keputusan ada di tangan rakyat yang diekspresikan melalui hak memilih pada Rabu, 17 April 2019.
Editor: Rachmat Hidayat
Sejak dulu hingga kini, selalu saja ada kekuatan yang menghendaki Indonesia pecah untuk berbagai alasan atau tujuan. Kekuatan asing mengincar kekayaan alam negara ini. Setelah Indonesia terpecah, lalu menjadi negara gagal karena rivalitas antargolongan atau kelompok.
Dan, di antara anak bangsa, ada keinginan mengubah bentuk negara kesatuan dan menolak prinsip Bhineka Tunggal Ika. Kekuatan dari dalam berkembang menjadi komunitas yang mampu memberi tekanan keras kepada pemerintah karena dukungan dari kekuatan luar pula.
Dengan begitu, tantangan eksternal tak hanya dalam wujud perlambatan pertumbuhan ekonomi global, melainkan juga dalam wujud perang proxy. Selain bertujuan memecah persatuan dan kesatuan anak bangsa, perang proxy juga menyasar generasi milenial Indonesia dalam bentuk serbuan narkotika dan obat-obatan terlarang (Narkoba).
Baca: Masuk Kakbah Masjidil Haram, Jokowi: Aku Datang Memenuhi PanggilanMu, Ya Allah
Sebagian generasi milenial sudah menjadi korban perang proxy melalui penyelundupan Narkoba yang masif.
Responsif
Pada saat yang sama, Indonesia harus beradaptasi dengan perubahan zaman. Proses adaptasi menjadi keharusan agar generasi terkini dan berikutnya berkemampuan menjadi putera-puteri bangsa yang kompetitif dan punya kompetensi untuk melakoni dan merespons setiap perubahan.
Cara pikir dan cara pandang harus berubah sejalan dengan perubahan itu sendiri. Bukankah cara atau mekanisme kerja dalam proses produksi pun sudah berubah. Banyak pekerjaan tidak lagi butuh tenaga manusia karena digitalisasi.
Maka, seperti semua negara lainnya, Indonesia pun harus responsif dalam era Industri 4.0 sekarang ini. Untuk itulah ragam infrastruktur harus dibangun oleh negara demi kesiapan dan peningkatan kompetensi anak bangsa.
Orientasi bersama untuk merespons tantangan terkini dan tantangan masa depan itu harus terus terjaga dan terpelihara agar derajat kesiapan anak bangsa untuk berkompetisi dengan bangsa lain semakin baik dari waktu ke waktu.
Walaupun masih terdapat kekurangan di sana-sini, komunitas internasional telah mengakui bahwa Indonesia sudah berada di jalur yang benar untuk merespons tantangan terkini dan tantangan di masa depan.
Pekerjaan besar yang masih harus dilakoni adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dan, negara sudah menetapkan program perbaikan kualitas SDM sebagai prioritas pada tahun mendatang dan seterusnya.
Itulah beberapa faktor atau tantangan yang akan memengaruhi masa depan bangsa. Ada tantangan terhadap eksistensi Pancasila, UUD 1945 serta keutuhan NKRI; ada potensi tantangan terhadap keberlanjutan demokrasi jika bentuk dan dasar negara diubah, serta tantangan riel di bidang ekonomi sebagai konsekuensi menapaki era Industri 4.0.
Semua tantangan itu jelas punya relevansi dengan penggunaan hak pilih yang melekat pada setiap warga negara dalam pemilihan umum serentak pada 17 April 2019. Setelah dua kandidat memaparkan rangkaian program selama masa kampanye dan lima kali debat, pandangan dan penilaian kini sepenuhnya dikembalikan kepada masyarakat.
Baca: FOTO-FOTO: Presiden Jokowi, Iriana, Gibran dan Kaesang Umrah hingga Masuk ke Dalam Kabah
Pertanyaannya sederhana saja; siapa yang paling siap dan paling realistis dalam menghadapi atau merespons semua tantangan riel itu? Agar tidak salah pilih, disarankan agar setiap individu bijaksana dan cerdas menggunakan hal pilih.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.