Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Bagaimana Bisa Lepas dari Cengkeraman Mafia Bola?

Rasanya ingin mengamuk, bukan? Kita merasa ditipu dan dibohongi oleh penjahat sepak bola tersebut.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Bagaimana Bisa Lepas dari Cengkeraman Mafia Bola?
Ist/Tribunnews.com
Rudi S Kamri, Pengamat Sepak Bola. 

Oleh: Rudi S Kamri

TRIBUNNEWS.COM -  Bagaimana perasaan Anda saat lagi seru-serunya menyaksikan pertandingan sepak bola, tetapi mendapatkan informasi bahwa ternyata pertandingan itu sudah diatur skornya oleh orang-orang tertentu, kita sebut saja mafia sepak bola?

Siapa yang bakal menang dan siapa yang kalah bahkan dengan skor berapa, semua sudah diatur oleh para mafia?

Rasanya ingin mengamuk, bukan? Kita merasa ditipu dan dibohongi oleh penjahat sepak bola tersebut.

Ini ternyata telah terjadi selama puluhan tahun dalam dunia sepak bola kita. “The Godfather” mafia sepak bola Indonesia dan para kroconya seenak sendiri mengatur merah hitamnya persepakbolaan Indonesia untuk kepentingan pribadi mereka. 

Untuk kepentingan apa mafia tersebut melakukan "match fixing" atau manipulasi pertandingan sepak bola?

Tentu saja untuk kepentingan judi bola yang ternyata melibatkan uang yang luar biasa besar.

Berita Rekomendasi

Sudah bisa diduga virus yang sengaja disuntikkan oleh mafia sepak bola tersebut merusak motivasi para pemain untuk berprestasi maksimal.

Sasaran "match fixing" bukan hanya pemain, tapi juga wasit. "Match fixing" bukan hanya merupakan pengkhianatan terhadap sportivitas yang menjadi roh utama pertandingan olah raga, melainkan juga kejahatan terhadap dunia olah raga.

 Ini mungkin bisa menjawab pertanyaan dari kita semua selama ini mengapa sampai sekarang sepak bola Indonesia tidak kunjung punya prestasi yang membanggakan.

Dengan modal sumber daya manusia (SDM) Indonesia sebanyak 260 juta orang, kita tidak akan mampu membentuk "the dream team" (tim impian) selama mafia sepak bola merajalela di Indonesia.

Bagaimana peran federasi sepak bola nasional PSSI? Jawabannya sederhana, bagaimana kita bisa membersihkan lantai rumah kita dengan menggunakan sapu kotor? Tidak menjadi bersih, tapi justru semakin kotor.

Cerita kebusukan para pengurus PSSI sudah menjadi cerita lama. Mereka tidak menjadi pemecah masalah, tapi justru bagian dari masalah yang harus dibersihkan.

Hal ini terbukti dengan ditetapkannya Plt Ketua Umum PSSI Joko Driyono dan beberapa anggota Komite Eksekutif PSSI sebagai tersangka "match fixing" dan perusakan barang bukti terkait “match fixing”.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas