Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Novel Baswedan dan Sisifus
Alih-alih menemukan siapa pelaku dan dalang atau aktor intelektual teror, hasil investigasi TGPF justru terkesan menyudutkan Novel.
Editor: Hasanudin Aco
Menyimak kasus Novel, kita juga ibarat membaca kisah kuda Troya yang disusupkan ke benteng pertahanan lawan untuk menghancurkan musuh dari dalam, sebagaimana pasukan Yunani menyusup ke kota Troya (kini Turki), seperti tersurat dalam puisi epos “Aeneid” karya penyair Romawi, Virgil (abad pertama SM), dan buku “Odyssey” karya Homer (725 SM).
Kuda Troya adalah salah satu kisah Perang Troya mengenai tipu daya yang dilakukan orang-orang Yunani untuk memasuki kota Troya dan memenangkan perang.
Setelah pengepungan selama 10 tahun tidak membuahkan hasil, prajurit-prajurit Yunani yang mulai frustrasi kemudian membangun sebuah kuda kayu raksasa dan menyembunyikan beberapa prajurit di dalamnya.
Prajurit-prajurit Yunani lainnya berpura-pura pergi berlayar, sehingga prajurit-prajurit Troya lalu menarik kuda kayu tersebut ke dalam kota sebagai lambang kemenangan.
Malam harinya, prajurit-prajurit Yunani keluar dari kuda kayu itu dan membuka pintu gerbang untuk pasukan Yunani lainnya, yang kembali mendatangi kota Troya dengan memanfaatkan persembunyian malam. Prajurit-prajurit Yunani pun memasuki kota Troya dan menghancurkannya, sehingga mengakhiri perang.
Alih-alih menemukan siapa pelaku dan dalang teror terhadap Novel, TGPF justru terkesan menyudutkan Novel.
Apakah TGPF ibarat kuda Troya yang sengaja disusupkan untuk membiaskan atau mengaburkan kasus Novel sehingga terjadi insinuasi?
Wallahu a’lam!
Karyudi Sutajah Putra: Pegiat Media, Tinggal di Jakarta.