Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jejak Kesultanan Turki Ottoman di Nusantara
Meskipun dipisahkan oleh jarak geografis yang terbilang jauh, pengaruh dan kehadiran Kesultanan Turki Ottoman juga mencapai wilayah kepulauan Nusantar
Editor: Malvyandie Haryadi
Oleh: Adhe Nuansa Wibisono
Ketua Majelis Pertimbangan KAMMI Turki
Mahasiswa Ph.D Studi Keamanan Internasional – Turkish National Police Academy
TRIBUNNERS - Meskipun dipisahkan oleh jarak geografis yang terbilang jauh, pengaruh dan kehadiran Kesultanan Turki Ottoman juga mencapai wilayah kepulauan Nusantara.
Banyak catatan sejarah menyebutkan hubungan diplomatik, ekonomi dan militer yang terjadi di antara Ottoman dengan berbagai kesultanan Islam di Nusantara. Salah satu kesultanan yang paling aktif menjalin hubungan dengan Turki Ottoman adalah Kesultanan Aceh.
Berdasarkan kronik Aceh abad keenam belas “Bustanus Salatin” yang ditulis oleh ulama kesultanan Aceh asal Gujarat, Syeikh Nuruddin Ar-Raniri pada tahun 1638, disebutkan bahwa awal hubungan Kesultanan Aceh dengan Turki Ottoman dibangun pada masa Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Kahar (memerintah 1537-1571).
Baca: Soal Asap, Gubernur Kalsel Apresiasi Kesigapan Kementan
Baca: Viral Kecelakaan Ambulans Terbalik, Ban Kanan Pecah Mendadak, Sopir dan Pasien Meninggal Seketika
Baca: Intip Penampilan Baru Irish Bella dan Ammar Zoni, Beda 180 Derajat
Baca: Fairuz A Rafiq Enggan Bahas Kondisi Galih Ginanjar yang Dijebloskan dalam Sel Tikus
Sultan Alauddin al-Kahar membangun sistem pemerintahan Aceh Darussalam dan mengirim misi diplomatik kepada Sultan Ottoman, Sulaiman Agung (Kanuni Sultan Süleyman), di Istanbul untuk memperkuat agama Islam.
Sultan Ottoman kemudian mengirim berbagai pengrajin dan ahli persenjataan meriam ke Aceh. Sultan Alauddin juga yang pertama kali membangun benteng pertahanan dan menyerukan perlawanan terhadap Portugis di Malaka.
Catatan sejarah lainnya dari penjelajah Portugis Mendes Pinto (hidup antara 1509-1583), menyatakan antara tahun 1537-1538 terdapat kehadiran armada militer Turki Ottoman dari Laut Merah yang dikirimkan Sultan Sulaiman Agung untuk membantu Sultan Alauddin membangun kekuatan militer.
Dilaporkan armada tersebut terdiri dari 160 tentara Turki, Abbissinia dan Gujarat, serta 200 tentara sewaan dari Malabar telah bergabung dengan tentara Kesultanan Aceh.
Pasukan tersebut kemudian dikerahkan untuk menaklukkan wilayah pedalaman Sumatera pada tahun 1539. Di samping itu catatan Mendes Pinto juga menunjukkan kembalinya armada Aceh di bawah pimpinan seorang komandan Turki, Hamid Khan, yang merupakan keponakan Pasha Ottoman di Kairo. (Azyumardi Azra 1994, Jajat Burhanudin 2016).
Kisah Meriam Lada Secupak
Jajat Burhanudin dalam Pasang Surut Hubungan Aceh dan Turki Usmani menjelaskan Sultan Alauddin telah mengirimkan utusan ke Istanbul pada tahun 1560-an dengan misi membawa pulang senjata api, meriam dan amunisinya dalam rangka menghadapi Portugis di Malaka.
Sultan Alauddin juga turut memohon bantuan Ottoman untuk memberikan perlindungan terhadap saudagar dan jemaah haji yang melintasi kawasan Samudera Hindia.
Baca: Intip Penampilan Baru Irish Bella dan Ammar Zoni, Beda 180 Derajat
Baca: 50 Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha 1440 H, Bisa untuk Status dan Dikirim ke Kerabat
Baca: Idul Adha 1440 H Jatuh pada 11 Agustus 2019, Ini Niat Puasa Arafah, Lengkap Beserta Keistimewaannya
Baca: Menyikapi Perang Mata Uang AS Vs Tiongkok, Ini Rekomendasi Bahana TCW Untuk Investor
Utusan Aceh sampai ke Istanbul setelah mengalami perjalanan yang berbahaya di Laut Merah dikarenakan kapal mereka dihadang oleh armada Portugis.
Meskipun gagal mempersembahkan hadiah emas, permata dan rempah-rempah, utusan Aceh berhasil mendapatkan bantuan militer Ottoman.