Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jangan Remehkan Generasi Z
Meski banyak cap negatif disematkan kepada mereka, nyatanya generasi Z juga memiliki kepedulian terhadap negaranya.
Editor: Sanusi
Oleh: M ZAID WAHYUDI
Artikel Ini Sudah Tayang di Kompas.id, dengan judul: Jangan Remehkan Generasi Z
TRIBUNNEWS.COM - Tiap generasi ada zamannya, tiap zaman ada generasinya. Kini, generasi Phi atau generasi Z Indonesia mulai menunjukkan eksistensinya. Meski banyak cap negatif disematkan kepada mereka, nyatanya mereka juga memiliki kepedulian terhadap negaranya.
Demonstrasi mahasiswa dan pelajar sekolah menengah di berbagai kota beberapa hari terakhir menunjukkan eksisnya generasi Phi atau generasi Z Indonesia. Mereka yang selama ini dianggap apolitis, egois, suka hura-hura dan hal instan, nyatanya juga memiliki kepedulian terhadap bangsanya.
Tanpa ada komando tunggal, generasi Phi berbondong-bondong ke lokasi demonstrasi. Di Jakarta, sebagian besar peserta menuju lokasi unjuk rasa menggunakan angkutan umum dan sepeda motor, bukan bus-bus seperti yang digunakan satu generasi sebelumnya saat mereka berunjuk rasa.
Media sosial dimanfaatkan secara efektif untuk berkomunikasi. Meski berasal dari kampus dan sekolah yang berbeda, mereka tetap mampu mengoordinasikan diri serta menyuarakan sikap dan keresahan yang sama.
“Karakter utama generasi Phi adalah hiperkolektif, gemar berkomunitas,” kata pendiri Youth Laboratory Indonesia yang juga penulis buku Generasi Phi (Pengubah Indonesia), Muhammad Faisal di Jakarta, Jumat (27/9/2019).
Generasi Phi adalah sebutan untuk pengelompokan generasi di Indonesia berdasarkan situasi sosial-politik Indonesia. Mereka adalah orang-orang yang saat reformasi 1998 berumur kurang dari 10 tahun hingga belum mampu memaknai reformasi saat itu yang mengubah Indonesia.
Padanan generasi Phi dengan pengelompokan generasi yang digunakan secara global adalah generasi Z. Pengelompokan generasi Z disusun berbasis kondisi sosio-politik di Amerika Serikat. Sebutan ini disematkan pada orang yang lahir antara tahun 1995-2010 atau saat ini berumur antara 9-24 tahun.
Meski demikian, karakter kedua generasi itu relatif sama. Mereka lahir saat teknologi informasi berkembang pesat hingga kehidupan mereka sangat dipengaruhi gawai dan internet. Mereka juga mengalami tsunami informasi hingga mudah terjebak pada informasi kurang dalam atau tidak lengkap.
Karakter hiperkolektif generasi Phi, lanjut Faisal, sebenarnya mirip dengan karakter generasi Alfa, yaitu generasi para pendiri bangsa Indonesia yang masa remajanya berkisar antara tahun 1900-1930. Kedua generasi ini sadar akan posisi mereka sebagai kelompok yang berperan mengubah bangsa dan sama-sama suka berkomunitas. Jika generasi Alfa berkumpul berdasarkan kelompok etnis atau agama, maka generasi Phi berkumpul atas kesamaan minat atau hobi.
Kondisi hiperkolektif itulah yang membedakan generasi Z Indonesia dengan negara lain. Media sosial dan internet di negara maju membuat generasi Z makin kehilangan privasi hingga makin individualis dan stres. Sedangkan di Indonesia, internet justru makin merekatkan mereka dan membuat lebih bahagia.
“Namun, cara berpikir generasi Phi lebih mirip dengan Angkatan 1966 yang tidak sefilosofis generasi pendiri bangsa, namun mengutamakan pergerakan dan lebih cepat,” tambahnya.
Berbagai karakter khas itulah yang membuat aksi demonstrasi mereka beberapa hari terakhir mengejutkan banyak kalangan. Generasi Phi yang selama ini dianggap tak peduli politik dan lingkungan sekitarnya, gemar bersenang-senang dan pragmatis, ternyata peduli dengan masa depan bangsa. Karena itu, banyak orang dari generasi sebelumnya memandang remeh aksi mereka.