Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tuti Maryati Menduniakan Indonesia
Hingga kini, ia masih sering diminta menghadiri undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di berbagai negara,
Editor: Rachmat Hidayat
Tuti mengatakan, pemain musik yang bagus memang bayak.
Namun untuk misi kebudayaan dengan anggaran terbatas hanya bisa membawa satu pemain keyboard saja, dituntut menampilkan kualitas musik yang terdengar seperti satu band lengkap, serta harus menguasai banyak lagu juga.
Sebelumnya direncanakan lagu apa yang akan dibawakan, tapi pada praktiknya di lapangan, beberapa improvisasi perlu dilakukan untuk membuat penonton ikut berinteraksi.
Selain itu, pada setiap kesempatan pentas, Tuti Maryati mengenakan pakaian adat sebagai upaya memperkenalkan budaya Indonesia.
Dalam setiap kunjungannya, Tuti membawa minimal tiga busana berbeda. Busana yang kerap dikenakannya ialah kebaya dan kain batik khas perempuan Jawa.
Untuk urusan penampilan, Tuti sudah terbiasa mandiri dari dahulu, mulai dari dandan sendiri, hingga memasang sanggul pun juga ia lakukan tanpa bantuan orang lain.
Lebih dari 40 kota di dunia pernah Tuti kunjungi dalam rangka mengharumkan nama Indonesia dalam berbagai kegiatan, mulai dari pengukuhan Sister City Jakarta di Los Angeles, Amerika, saat Gubernur Wiyogo Atmodarminto pada 1990, yang kemudian diteruskan oleh Gubernur Anies Baswedan.
Hingga kegiatan Pelangi Nusantara sebagai misi kesenian Istana Negara ke Jepang, Thailand, dan India.
Beberapa waktu yang lalu Tuti berkesempatan pentas di kota Madrid, Spanyol dan kota Marseille, Prancis, tepatnya pada akhir bulan September 2019 bersama Grup Paguyuban Citra binaan Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar dan istrinya, Linda Amalia Sari.
Para penonton yang memadati gedung pertunjukan di Silo-Marsille dibuat terpukau saat Tuti Maryati membawakan berbagai lagu dari daerah seperti Bolelebo dan Alusi Au.
Bahkan lagu Prancis terkenal seperti La Vie en Rose dan Non Je Ne Regrette Rien yang dipopulerkan oleh Edith Piaf dia nyanyikan dengan fasih hingga membuat warga setempat yang menonton ikut bernyanyi bersama.
Tuti juga bernyanyi untuk mengiringi peragaan kain tradisional batik koleksi Darwina Pontjo Sutowo yang diperagakan oleh para diaspora Indonesia di Marseille, di bawah arahan koreografer terkenal Ari tulang.
Begitu juga dengan pertunjukan yang berlangsung di gedung Teatro EDP Gran Via, Madrid, Spanyol.
Festival Indonesia yang dibuka dengan tari Gending Sriwijaya dari Palembang dengan para penarinya yang lincah dan gemulai membuat tidak kurang 800 penonton penonton terpesona.