Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Habis Bencana, Terbit Katana

Kita tidak sedang bicara era kekinian, di mana hampir semua masyarakat di Indonesia sudah tahu gelombang tsunami.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Habis Bencana, Terbit Katana
Foto Egy Massadiah
Kepala BNPB, Letjen TNI Doni Monardo di Kecamatan Lhong, Aceh Besar. 

“Lobster Aceh adalah yang terbaik. Demikian juga jenis ikan yang lain. Saya tahu betul, kekayaan ikan di laut Aceh sangat kaya. Selain kuantitas berlimpah, kualitasnya juga nomor satu,” kata Doni.

Seseorang menimpali, “Benar, pak. Kami kelebihan ikan. Tongkol terkadang dijual lima ribu rupiah per kilogram saja tidak laku, dan busuk.”

Tak hanya itu. “Produk gula aren kami yang terbaik di Aceh. Aroma dan tekstusnya khas. Produk gula merah kami bisa diadu dengan produk gula merah daerah mana pun.

Apa daya pak, untuk mengeluarkan produk gula ke luar Sabang, kami kesulitan. Pelabuhan Sabang benar-benar bebas. Termasuk bebas tidak ada kapal sama sekali. Apa kami disuruh makan gula?” timpal yang lain.

Belum sempat Doni menanggapi, sudah ada yang berbicara lagi. “Buah manggis di Aceh tidak pernah putus. Produksi buah manggis melimpah. Terkadang sampai busuk di tanah.”

Tak lama, Doni pun menimpali. “Kita jangan patah semangat. Kita harus berinisiatif. Buka jaringan. Penduduk Cina hampir 2 miliar. Jumlah penduduk India, hampir 1,4 miliar.

Mereka butuh komoditi untuk mengisi perut. Harus kita jajagi, Cina butuh apa. India butuh apa.

Berita Rekomendasi

Kita punya apa. Jalin komunikasi bisnis. Saya percaya, Aceh sangat kaya. Bukan saja hasil bumi dan laut, bahkan orang-orang Aceh dari dulu terkenal kaya raya.

Karena itu, mereka bisa menyumbang pesawat untuk Republik Indonesia yang baru merdeka. Pesawat Seulawah, itu sumbangan para saudagar Aceh,” papar Doni.

Bukan hanya itu. Doni lalu bertanya, “Ada yang tahu nilam?” Semua menjawab, “Tahu”. Doni bertanya lagi, “Ada yang tahu kepanjangan nilam?” Semua membisu.

“Saya sudah ke Belanda. Nilam itu artinya Netherlands Indische Land ook Acheh Maatzcappij. Kekayaan Hindia Belanda di Aceh. Anda tahu harga nilam? Satu drum minyak nilam bisa miliaran rupiah. Nilam dipakai untuk bahan parfum, kosmetik, obat-obatan, dan banyak manfaat lain. Pasar Eropa terbuka lebar untuk ekspor nilam, dan Aceh punya peluang menjadi pemain utamanya. Jika semua potensi alam itu digali dan dipasarkan dengan benar, haqul yakin, rakyat Aceh akan makmur,” umbuh Doni.

Pembicaraan pun ngalor ngidul tentang banyak hal. Ada saran dan rekomendasi di sana.

Ada gagasan-gagasan di sini. Ada banyak hal tumpah ruah di diskusi tak formal beralas terpal, beratap langit cerah dengan bitang-gemintang dan debur ombak laut menjadi saksi.

Tak terasa, jarum jam menunjuk angka 01.30 WIB. “Kita lanjutkan besok,” kata Doni. Meski masih sangat banyak yang sepertinya hendak dikemukakan, waktu jua yang mengharuskan diskusi harus dihentikan, karena Sabtu (7/12) keesokan harinya, sudah teragenda banyak kegiatan lain, terkait Katana.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas