Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Habis Bencana, Terbit Katana
Kita tidak sedang bicara era kekinian, di mana hampir semua masyarakat di Indonesia sudah tahu gelombang tsunami.
Editor: Hasanudin Aco
Gua Paleotsunami
Sabtu keesokan paginya, usai sarapan di tenda, dengan menu masakan lokal yang eksotik rasanya, dimasak di mobil dapur umum BPBA, Doni Monardo mengajak para pejabat BNPB, para Kalak BPBD, media dan sejumlah masyarakat mengunjungi Gua Ek Leunti di Kecamatan Lhoong, sekitar 3,5 km dari lokasi kemah.
Itulah gua paleotsunami satu-satunya di Indonesia.
Tim Peneliti dari Universitas Syah Kuala bersama Nanyang University telah melakukan penelitian di sana, hingga terkuak rahasia besar tsunami Aceh, sejak 7.400 tahun lalu.
Garis-garis dan struktur sedimen pasir yang ada di dinding gua, menunjukkan kejadian tsunami demi tsunami yang pernah menerjang Aceh.
“Luar biasa jasa para peneliti. Hasil penelitian mereka di gua ini, kita semua jadi tahu, bahwa tsunami di Aceh adalah peristiwa yang berulang.
Ada siklusnya, meski tidak teratur. Ini menjadi temuan besar, terkait dengan kesiapan masyarakat menghadapi tsunami yang hampir bisa dipastikan, bakal terjadi lagi,” ujar Doni di mulut Gua Ek Leunti.
Tak heran jika Doni mengapresiasi kerja para peneliti.
“Adalah keliru, jika kita menafikan hasil penelitian para pakar. Mereka adalah orang-orang yang sudah berinvestasi untuk surga, karena lewat penelitiannya, langsung-tak-langsung bisa menyelamatkan nyawa manusia lain,” katanya.
Karenanya, kepada para deputi, para pejabat eselon I dan II BNPB yang menyertainya, Doni berpesan agar dibuatkan acara khusus pemberian anugerah penghargaan kepada para peneliti.
Bukan saja peneliti tsunami, tetapi juga peneliti gempa, peneliti merkuri, peneliti banjir, peneliti longsor, peneliti erupsi gunung berapi, peneliti cemara udang, dan peneliti-peneliti lain yang berhubungan dengan mitigasi bencana.
Membuat masyarakat atau keluarga tangguh bencana, tidak melulu melalui gathering, melalui sosialisasi, atau pelatihan evakuasi.
Rujukan ilmiah berupa hasil penelitian, juga sangat penting. Hasil kajian para pakar, akan membuat keluarga Indonesia benar-benar tangguh bencana.
Salam Tangguh!!! *