Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
UAS Dipuji Usai Raih Gelar Doktor dengan Predikat Mumtaz, Ceramahnya Diharapkan Kian Menyejukkan
Ustadz Abdul Somad (UAS) berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat mumtaz di Sudan.
Editor: Husein Sanusi
Cobaan berupa tuduhan “miring” tersebut berhasil dilaluinya. UAS kini membuktikan apa dan siapa jati dirinya dengan sebuah disertasi ilmiah, yang mengangkat perjuangan Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari (Muassis Nahdlatul Ulama) dalam menyebarkan sunnah di Indonesia.
Kita semakin terang benderang dalam membaca UAS, terlebih masih terngiang dalam ingatan, sebelum Pilpres 2019 dilangsungkan, UAS sempat berbait thariqah kepada Habib Luthfi bin Yahya, Pekalongan. Lengkap sudah sudut pandang yang bisa kita pakai dalam memahami UAS.
Karenanya, untuk hari-hari yang akan datang, kecurigaan atas UAS harus dikurangi. Tidak perlu lagi main blokir dan tolak.
Memang benar publik sempat dibuat shock dan kecewa, ketika mengetahui ada beberapa fatwa keagamaan UAS yang kesannya menciptakan keretakan hubungan antar umat beragama. Kemudian publik ambil sikap dengan melakukan penolakan terhadap beberapa kegiatan ceramah agama UAS.
Kecurigaan dan ketakutan semacam itu tidak perlu ada lagi. Sudah saatnya semua prestasi dan medan perjuangan kita diniat tulus-ikhlas untuk Allah SWT.
Jika kita tulus dan ikhlas maka pahala akan kembali pada diri kita sendiri. Allah Swt. berfirman, “jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri,” (Qs. Al-Isra’: 7).
Berbuat baik pada orang lain, salah satunya, dapat dilakukan dengan cara menolong orang lain. Rasulullah saw. bersabda, “dan barang siapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah (akan senantiasa) membantu keperluannya,” (HR. Bukhari, no. 2442; Muslim, no. 6743).
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, di Negara Kesatuan Republik Indonesia, kebutuhan paling mendesar adalah persatuan dan kesatuan, harmoni dan kerukunan, kesejahteraan dan kemandirian, kemerdekaan dan kedaulatan.
Hal-hal mendasar inilah menjadi tanggung jawab para alim ulama, kiyai, ustad, dan seluruh elemen umat muslim untuk saling tolong-menolong, bahu-membahu, dalam mewujudkannya.
Saling memusuhi satu sama lain, karena perbedaan partai politik, ormas keagamaan, atau karena perbedaan keyakinan tafsir atas ajaran-ajaran agama, tidak ada manfaatnya. Berpecah belah, saling memusuhi, dan saling mempersekusi satu sama lain, tidak memberikan keuntungan apa pun. Inilah pesan Mbah Hasyim Asy'ari, seperti dalam Pembukaan Qanun Asasi.
Dalam Mukadimah Qanun Asasi, Mbah Hasyim mengatakan: “sesungguhnya pertemuan dan saling mengenal persatuan dan kekompakan adalah hal yang tak seorang pun tidak mengetahui manfaatnya.”
Kemudian, Mbah Hasyim Asyari mengutip sabda Rasulullah saw., “tangan Allah bersama jamaah. Apabila di antara jamaah itu ada yang memencil diri maka setan pun akan menerkamnya seperti serigala menerkam kambing.” Intinya, Qanun Asasi karya Mbah Hasyim ini mencitakan persatuan dan kerukunan.
Dalam rangka menjaga persatuan dan jamaah ini, UAS diharapkan mampu melanjutkan perjuangan Hadratus Syeikh Hasyim Asyari. Sebab, kita tahu bahwa Kehidupan kita terus bergerak. Negara-negara maju telah mengeksplorasi bumi dan ruang angkasa. Sedangkan kita masih berkutat dan belum tuntas dengan urusan marah-marah.
Pada kesempatan di masa-masa mendatang, semoga ceramah-ceramah UAS membawa kesejukan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, di sebuah negeri yang penduduknya sangat majemuk.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.