Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
UAS Dipuji Usai Raih Gelar Doktor dengan Predikat Mumtaz, Ceramahnya Diharapkan Kian Menyejukkan
Ustadz Abdul Somad (UAS) berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat mumtaz di Sudan.
Editor: Husein Sanusi
UCAPAN SELAMAT DAN MASUKAN UNTUK UAS
Oleh KH. Imam Jazuli Lc., M.A*
Ustad Abdul Somad (UAS) menabur aroma wangi. Tak disangka-sangka, disertasinya yang berjudul Syeikh Muhammad Hasyim Asy’ari wa Juhuduhu fi Nasyr al-Sunnah bi Indonesia membuat dia meraih gelar doktor dengan predikat mumtaz.
Umat muslim patut bersyukur karena telah memiliki seorang da’i muda teladan, yang kapasitas ilmunya sudah teruji di jenjang tertinggi pendidikan akademik.
Banyak da’i muda, tapi belum tentu sudah doktor. Banyak yang bergelar doktor, belum tentu masih muda. Banyak yang muda dan sudah doktor, belum tentu seorang da’i dengan jamaah yang masif.
Sosok UAS menjadi contoh figur ideal untuk kategori muda, doktor, dan seorang da’i. Terlebih, karena topik kajian disertasinya tentang perjuangan Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari.
Penulis rasa, menempuh masa pendidikan selama dua tahun di tengah menjalani kesibukan sebagai da’i dan dosen bukan perkara gampang.
Tetapi, UAS mampu membuktikan dirinya bisa. Baginya, perjuangan menuntut ilmu tidak boleh mengenal lelah. Semangatnya untuk belajar yang tidak pernah padam itu terinspirasi oleh perjalanan hidup Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari sendiri.
Pada suatu hari, sebelum menulis disertasinya, UAS mengaku membaca sebuah novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan.
Dalam karya sains fiksi tersebut, profil Mbah Hasyim digambarkan sebagai sosok pejuang yang kuat. UAS berusaha menggali spirit perjuangan Mbah Hasyim. Ketika lelah duduk, UAS membaca sambil berbaring. Ketika bosan telentang, ganti telungkup. Novel itulah yang menginspirasi dirinya menulis disertasi.
Dari novel itu pula, UAS sadar bahwa setiap perjuangan dan berdakwah pasti menghadapi ujian. Ujian dan cobaan bermacam-macam. Kita juga masih ingat, Beberapa waktu yang lalu, UAS menghadapi ujian dalam membangun mahligai rumah tangga. Gagal mempertahankan hubungan suami istri, sehingga terjadilah peristiwa perceraian.
Tetapi, kesabaran dan keteguhan yang bermekaran di hati UAS membuatnya diganjar dengan “pahala” yang lebih besar; gelar doktor dengan predikat cumlaude diraihnya.
Mbah Hasyim Asy’ari pun sabar ketika menghadapi ujian berat dalam berdakwah dan berjuang, seperti saat Belanda membakar pondok pesantren yang baru dirintisnya.
UAS juga tabah saat dirinya sempat menghadapi beragam cobaan berupa tuduhan-tuduhan miring tentang sikap keagamaannya.
Sebagian orang melihat UAS terpapar paham radikalisme. Hal itu ketika ia berfatwa tentang adanya jin kafir pada patung Salib Yesus, atau jatuhnya hukum kafir bagi para penggemar musik dan film Korea.