Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Indonesia Vs Tiongkok, Siapa Menang?
“Bangsa Indonesia cinta damai, tapi lebih cinta kemerdekaan,” kata founding fathers (bapak pendiri bangsa) kita.
Editor: Hasanudin Aco
Pertanyaannya, bila Indonesia melakukan konfrontasi terbuka dengan Tiongkok di Laut Natuna Utara, siapa yang akan menang?
Bila dilihat dari perbandingan anggaran militer serta alutsista yang dimiliki antara Indonesia dan Tiongkok, bisa jadi Indonesia akan kalah. Jangankan Indonesia, Amerika Serikat pun bisa kalah bila perang melawan Tiongkok.
Tapi, menang atau kalah biarlah itu menjadi urusan Tuhan. Yang penting Indonesia telah membuktikan dirinya sebagai bangsa yang berdaulat dan merdeka. Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan.
Bila Indonesia mau damai, maka harus bersiap untuk perang. Bukankah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia adalah amanat konstitusi seperti termaktub di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945?
Tidak itu saja, perang kemerdekaan juga mengajarkan kepada kita untuk tidak takut menghadapi musuh yang alutistanya jauh lebih canggih dan lengkap.
Bukankah dulu bangsa kita mampu mempertahankan kemerdekaan meski dengan senjata bambu runcing? Senjata penting, tapi semangat atau daya juang jauh lebih penting.The gun penting, tapi the man behind the gun jauh lebih penting.
Kita juga perlu belajar dari Bung Karno dan Bung Hatta di satu sisi dan Panglima Besar Jenderal Soedirman di sisi lain. Kedua pihak sama-sama melakukan perjuangan secara simultan dan sinergis dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
Bung Karno dan Bung Hatta melakukan perjuangan melalui jalur diplomasi politik terhadap Belanda dan sekutunya, sedangkan Soedirman melakukan perjuangan secara militer dengan perang gerilya untuk meningkatkan "bargaining power" dan "bargaining position" terhadap perjuangan diplomatik Bung Karno dan Bung Hatta.
Kini, TNI pun harus begitu. TNI harus siap tempur untuk mendukung perjuangan diplomatik Menlu Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Bila mau damai, bersiaplah untuk perang. Baru setelah mereka mentok, Presiden Jokowi akan mengambil porsinya, menyatakan perang atau tidak terhadap Tiongkok di Laut Natuna Utara, sebagaimana amanat konstitusi.
Lalu, bagaimana perbandingan alutsista dan anggaran militer antara Indonesia dan Tiongkok? Dikutip dari berbagai sumber, kekuatan militer Indonesia berada di peringkat 16 dunia, persis di bawah Pakistan dan di atas Israel.
Dalam hal armada laut, total ada 221 kapal yang dimiliki Indonesia per 2019. Jumlah ini terdiri dari 8 kapal fregat, 24 kapal korvet, 5 kapal selam, 139 kapal patroli dan 11 pangkalan perang laut.
Namun, Indonesia tidak memiliki kapal perusak dan kapal induk yang mampu mengangkut pesawat tempur.
Indonesia memiliki personel militer sekitar 800 ribu orang, terdiri atas 400 ribu personel aktif dan 400 ribu personel cadangan.