Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Perlu Siasat Mengantisipasi Kemungkinan Krisis Pangan di Perkotaan Saat Pandemi Corona
Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah bersama-sama menamam tanaman pangan di rumah masing-masing.
Editor: Choirul Arifin
Oleh: Liza Dwi Ratna Dewi, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur
TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat perkotaan kelas menengah bawah adalah kelompok yang paling rentan terhadap domino efek pandemi covid-19. Dengan aturan Di Rumah Aja, Work from Home, online learning, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), banyak kegiatan perekonomian terhenti.
Krisis Ekonomi terjadi. Dalam waktu singkat begitu banyak orang kota kehilangan pekerjaan sebagai sumber penghidupannya.
Pekerja formal, beberapa diantaranya: karyawan pusat perbelanjaan (mal), termasuk karyawan toko, restaurant, kafe di dalamnya, pengemudi ojek online dan sebagainya.
Pekerja informal juga sangat turun penghasilannya, malah mungkin hilang sama sekali.
Sebut saja penjual makanan dan minuman di depan kampus, sekolah, perkantoran. Penjual bakso, es cendol, bubur ayam, mie ayam, gorengan, ketoprak, gado-gado, buah potong dan sebagainya. B
Kita belum tahu kapan masyarakat kelompok ini mendapatkan pekerjaan kembali.
Banyak media massa dan media sosial menginformasikan pemerintah akan memberikan bantuan sembako yang biasanya berisi beras, minyak goreng, mie instant, biskuit.
Sementara, faktanya tubuh manusia tidak hanya memerlukan asupan dari sembako. Tubuh manusia juga memerlukan nutrisi dari sayur, buah, beserta berbagai bumbu-bumbu dan rempah yang membuat makanan enak dimakan dan diyakini meningkatkan kesehatan dan imunitas tubuh.
Baca: Ekonom Muda Ini Ajak Debat Terbuka CEO Ruangguru dan Stafsus Milenial Presiden Jokowi
Artinya bencana berikut yang akan terjadi, dan memang sudah mulai terjadi, adalah kelaparan dan kurang gizi di wilayah perkotaan.
Masalah sosial berskala besar ini tidak bisa diselesaikan satu pihak saja. Pemerintah misalnya. Setiap anggota masyarakat, setiap keluarga harus diajak bergerak bersama secara gotong royong.
Baca: Ramadan Ini Masjid Istiqlal Tiadakan Tarawih dan Buka Puasa Bersama, Juga Takbir dan Salat Ied
Bila menjadi gerakan masyarakat, maka skala akan menjadi besar. Tidak baik juga orang yang kehilangan mata pencaharian, lalu hanya berdiam dan menunggu bantuan pemerintah atau pihak lain.
Untuk itu diperlukan solusi sederhana, implementatif, berdampak sosial besar, berangkat dari kondisi riil.
Baca: Kisah Ika Dewi Maharani, Relawan Perempuan Satu-satunya yang Jadi Sopir Ambulans di RS Covid-19
Bukan inovasi baru atau kreatifitas unik yang membutuhkan energi ekstra untuk sosialisasi dan edukasi. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah bersama-sama menamam tanaman pangan di rumah masing-masing.
Teknis pelaksanaan gerakan ini tetap taat pada anjuran pemerintah untuk di rumah saja. Ketua RT atau salah satu tokoh masyarakat bisa memimpin gerakan ini dengan alat komunikasi handphone.
Bikin WhatsApp Group untuk koordinasi kegiatan ini. Sosialisasi dan motivasi bahwa gerakan bersama yang mudah untuk menghasilkan tanaman pangan ini bisa menyelamatkan kita bersama. Beri judul gerakan ini dengan nama yang menarik.
Misal: “Petani Millenial Kampung X”, “Ayo Kreatif RT 01” dan sejenisnya.
Sangat banyak tutorial teknik penanaman tanaman pangan tanpa lahan dari youtube, tinggal kirim link ke WhatsApp Grup.
Sangat banyak tutorial penanaman dengan memanfaatkan gelas /botol air mineral bekas, plastik bekas isi refil minyak goreng, kaleng biskuit dan sejenisnya.
Beberapa diantaranya:
Cara membuat taoge/kecambah di rumah
Menanam bawang merah di pot:
Jenis yang ditanam disesuaikan dengan kondisi rumah masing-masing.
Misalnya, kondisi rumah tidak memiliki halaman sama sekali atau tinggal di rumah petak, bisa membuat taoge atau menanam bawang merah, bawang putih dalam gelas -gelas air mineral bekas, digantung.
Kondisi rumah memiliki halaman sempit dan bersemen, dapat digunakan untuk meletakkan pot, bisa ditanam cabe, tomat, kangkung, sawi, bayam, dan beberapa jenis sayur lain secara hidroponik.
Dapat dibuat rak-rak dari kayu bekas, atau besi bekas yang tidak terpakai, dan manfaatkan plastik bekas minyak goreng refil atau kaleng bekas biskuit untuk menanam pandan, kunyit, jahe merah, bayam, dan tanaman tangkai-tangkai pendek lainnya.
Kondisi rumah memiliki lahan tanah sempit dapat ditanam sayuran merambat, seperti pare, terong, kacang panjang, timun, dan sebagainya.
Bila ada kayu-kayu atau besi tidak terpakai dapat ditanam tanaman buah yang “berat” seperti semangka, melon, dan sejenisnya.
Kondisi rumah dengan lahan semen maupun tanah agak lebar, bisa dibuat kolam terpal untuk pelihara lele, ikan mujair, ikan nila.
Koordinasikan di WhatsApp group, siapa menanam apa, sehingga menghasilkan tanaman pangan yang berbeda-beda.
Bila tanaman sudah dapat dipanen, selain dikonsumsi sendiri, bisa juga dijual melalui WhatsApp Grup tersebut. Sertakan foto dan beri keterangan harga di bawahnya. Atau cara-cara lain yang lebih menarik. Misalnya:
Taoge hari ini panen. Rp 5.000 per botol. Silahkan diorder. Langsung antar. Sawi hijau segar, Rp. 5 ribu per batang. Silahkan order, siap kirim.
Menciptakan kesibukan bagi yang kehilangan pekerjaan, sambil menyelamatkan hidup ini juga dapat menstimuli socialpreneurship. Bukan tidak mungkin memberi manfaat bisnis rumahan dan berkelanjutan bagi masyarakat luas.
Banyak para pebisnis yang memulai karena dipaksa keadaan. Dan akhirnya justru menjadi usaha besar. Di negara maju sudah lama gerakan sosial Do It Yourself (DIY) digaungkan. Kegiatan ini juga akan menjadi selingan bagi anak sekolah yang jenuh atau bosan belajar online di rumah.
Bahkan bisa menjadi ide atau cerita untuk tugas-tugas sekolahnya.
Media massa, terutama televisi, dan para influencer media sosial dapat mendorong gerakan Do It Yourself di bidang pangan ini sehingga menjadi “trend”, menjadi gerakan besar, untuk antisipasi atau setidaknya mengurangi krisis pangan dan kurang gizi di perkotaan.