Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
'Saya Sudah Dua Tuhan di Indonesia'
Kisahnya juga sederhana, Polosin sejak didatangkan oleh PSSI melalui kerja Ismed D. Taher dari Uzbekistan, memiliki semangat yang luar biasa
Editor: Toni Bramantoro
Ya, kala itu Uni Soviet berada di ujung tanduk. Tiga wilayah sudah melepaskan diri dari Uni Soviet: Estonia, Latvia, Lituania.
"Saya bingung," kata Polosin, suaranya begitu perlahan dan logatnya tetap lucu.
Polosin lahir di Tasken, Uzbekistan, tapi seluruh keluarganya di Ukraina. Lama, kami berempat tak mengeluarkan kata-kata. Suara AC terasa begitu kencang memenuhi seluruh ruangan.
Selepas sukses di Seag Manila, Polosin tak bisa segera kembali karena kekacauan begitu luar biasa di Uni Soviet. Dan ketika negerinya resmi bubar, Januari 1992, saya bertemu Polosin, masih di kantor Liga Galatama, Stadion Utama, ia tersenyum pahit.
"Paspor saya tak berlaku. Saya tak punya negara," katanya lagi.
Terlihat wajahnya begitu memilukan.
Itulah pertemuan terakhir saya dengan pelatih yang keras tapi lembut. Yang baik, tapi tegas. Yang lucu, tapi tak mau kompromi pada ketidak disiplinan.
Saat ini Polosin sudah berpulang, tepatnya 11 September 1997, di usianya yang ke-67, di Moskow. Ia meninggal sebagai warga negara Rusia.
Spasibo (spasiba) drug ya terima kasih sahabat....
*M. Nigara, Wartawan Sepakbola Senior
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.