Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mas Kiai dan 'Suket Teki'

Rumput teki, suket teki tidak hanya bisa tumbuh dalam “hubungan asmara” seperti yang dikisahkan Didi Kempot, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Mas Kiai dan 'Suket Teki'
Istimewa
Suket Teki 

Oleh: Trias Kuncahyono

KAMI pertama kali bertemu dan berkenalan pada tahun 1989, di Surabaya. Dunia jurnalistik lah yang mempertemukan kami berdua: sama-sama sebagai wartawan muda.

Pertemuan itu biasa saja. Tidak ada yang istimewa, kecuali satu hal: ia anak seorang kiai dan cucu seorang kiai dari sebuah pesantren di Jawa Timur.

Kiai adalah salah satu unsur utama dari pesantren, selain santri, masjid, pondok, dan kitab kuning.

Perkawanan itu berjalan biasa, sampai kami berpisah, berjauhan secara geografis.

Waktu terus berjalan dan menampung segala peristiwa sejarah.

Sejarah dicatat dalam buku, tetapi sejarah tidak ditampung di dalam buku, melainkan di dalam waktu. Waktu membentuk sejarah.

Berita Rekomendasi

Waktu dan kejadian-kejadian yang berada di dalam kelangsungan proses waktu membentuk keseluruhan sejarah.

Baca: Tuai Kecaman, Belajar Instal Windows 10 di Kartu Prakerja Bayar 260 Ribu, Padahal di Internet Gratis

Banyak yang terjadi peristiwa dalam perjalanan hidup kami yang menjadi bagian sejarah kami masing-masing.

Suatu ketika, ia meninggalkan dunia jurnalistik, terjun ke perusahaan minuman asal Amerika, lalu bekerja di sebuah bank terkenal yang berinduk di Inggris.

Tiba-tiba, melompat terlibat dalam kegiatan sebuah organisasi olah raga paling populer di negeri ini, lalu membuka perusahaan public relation, dan terakhir kerja di sebuah perusahan televisi berlangganan.

Tetapi, ibarat peribahasa, "Setinggi-tingginya bangau terbang, akhirnya ke pelimbahan (kubang) juga," sejauh-jauhnya merantau akhirnya kembali ke kampung halaman juga.

Ia kembali ke pesantren. Tidak sebagai santri, tentu, melainkan sebagai pengasuh.

Baca: Kemnaker: Pegawai Mediator Hubungan Industrial Siap Siaga Kawal Posko THR

Panggilan?

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas