Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mas Kiai dan 'Suket Teki'

Rumput teki, suket teki tidak hanya bisa tumbuh dalam “hubungan asmara” seperti yang dikisahkan Didi Kempot, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Mas Kiai dan 'Suket Teki'
Istimewa
Suket Teki 

"Perubahan itu bisa saja baik dan juga buruk: mencakup pola pikir, cara bertindak, gaya hidup, dan memperoleh kemudahan-kemudahan hidup. Sekali lagi, inilah tantangannya," jelas Mas Kiai.

Mas Kiai masih melanjutkan, "Kalau para santri banyak yang melek teknologi, ada paranoid kalau akses dibuka terlalu luas. Masjid kami ada wifi-nya. Santri boleh membuka apa saja. Nek membuka sing negatif, ya risiko dunia akhirat," katanya disusul derai tawanya.

"Kami kan nggak mau nandur suket teki. Kami ingin nenanam padi dan tumbuh padi, padi yang mentes, bernas. Ada macam-macam jenis padi. Ini sama dengan masyarakat Indonesia, majemuk segalanya. Karena itu, harmoni kehidupan harus terus dibangun dipelihara. Untuk mencapai hal tersebut, harus ada kematangan spiritual dan agama dari setiap manusia."

Baca: Muhadjir Sebut Kenaikan Iuran BPJS adalah Pilihan Sulit: Sabar, Nanti akan Kita Evaluasi Dulu

"Manusia, sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna memiliki kewajiban untuk mewujudkan dunia yang adil dan damai hingga akhir kehidupan ini. Tidak ada satupun orang yang memiliki hak untuk memonopoli dunia ini demi kepentingan apapun. Bukankah demikian?" jelas Mas Kiai penuh semangat.

Itu tidak mudah. "Ya, itu tidak mudah," potongnya cepat.

Lalu, Mas Kiai masih bicara soal toleransi yang diajarkan kepada para santrinya.

Menurut dia, toleransi berarti sifat dan sikap menghargai.

Berita Rekomendasi

Sifat dan sikap menghargai harus ditunjukkan oleh siapapun terhadap bentuk pluralitas yang ada di Indonesia sejak semula.

Toleransi merupakan sikap yang paling sederhana.

Akan tetapi, mempunyai dampak yang positif bagi integritas bangsa pada umumnya dan kerukunan bermasyarakat pada khususnya.

Tidak adanya sikap toleransi dapat memicu konflik yang tidak diharapkan semua pihak pencinta perdamaian.

Sama halnya dengan kejujuran. Konsep kejujuran juga diajarkan oleh setiap agama.

Bukankah, semua agama menginginkan umatnya untuk bertindak dan berkata sesuai dengan kebenaran yang ada.

"Tetapi, bahwa ada yang kemudian menebarkan, menyebarkan ketidak-benaran demi keuntungan diri, kelompok, atau golongan itu sesuatu yang nyata. Apalagi di zaman teknologi maju sekarang ini. Itu yang harus diperangi," katanya.

"Yah, semoga padi yang kutanam sekarang ini, nantinya benar-benar tumbuh sebagai padi bukan suket teki, sehingga berguna bagi negeri ini," kata Mas Kiai malam itu sebelum mengakhiri perbincangan kami, setelah beberapa tahun tak berjumpa.

Di ujung obrolan, kami berjanji untuk bertemu setelah pandemi Covid-19.

"Mas Kiai, sampeyan bukan sekadar tetesan di tengah samudra, melainkan samudra dahsyat dalam tetesan," kata saya mengakhiri obrolan kami mengutip Jalaluddin Rumi (1207-1273), seorang sufi dari Balkh, sekarang masuk wilayah Afganistan.

"Ah, sampeyan ada-ada saja," katanya pendek lalu tertawa. ***

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas