Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mas Kiai dan 'Suket Teki'

Rumput teki, suket teki tidak hanya bisa tumbuh dalam “hubungan asmara” seperti yang dikisahkan Didi Kempot, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Mas Kiai dan 'Suket Teki'
Istimewa
Suket Teki 

"Begitulah. Aku kudu ngasuh pondok. Wong iki tinggalane mbah-mbah. Biyen Mbah Kung soko ibu iku, Mbah Maksum Ali kuwi mantune KH Hasyim Ashari. Beliau ditugasi gawe pondok. Lalu setelah itu, bapakku, Machfudz Anwar, dan sekarang giliran aku," kata Mas Kiai—begitu saya memanggilnya—sambil tertawa.

Inilah panggilan hidup. Panggilan hidup adalah suatu dorongan dari dalam diri manusia untuk berkarya sesuai agenda Allah dengan menggunakan karunia yang ada dalam dirinya.

Panggilan hidup tidak perlu dicari, cuma perlu disingkapkan saja. Karena panggilan hidup itu ada di dalam diri kita masing-masing.

"Dan, ternyata panggilan saya mengasuh pondok," katanya.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pondok pesantren, tentu peran yang diambil adalah usaha untuk mencerdaskan pendidikan bangsa.

Sebuah peran yang sudah dijalankan sejak jauh sebelum republik ini lahir.

Baca: Memicu Hantavirus, Ini Hal yang Harus Kamu Hindari Selama di Rumah

Seorang sahabat asal Madura yang pernah menuntut ilmu di Universitas Al- Azhar, Kairo Mesir, mengatakan, pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, melainkan pembentukan karakter.

Berita Rekomendasi

Para santri dididik dan diberi pemahaman bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan.

Pengasuh pondok bagaikan seorang penabur benih: ada benih yang jatuh di tepi jalan, ada di tanah berbatu, ada benih yang jatuh di semak-berduri, dan ada benih yang jatuh di tanah yang subur.

Benih yang jatuh di tepi jalan, mungkin segera diinjak-injak orang, atau dimakan burung. Tidak tumbuh.

Benih yang jatuh di atas tanah bebatuan, mungkin hidup, tetapi tidak bertahan lama, karena tanahnya tipis.

Yang jatuh di antara semak berduri, tumbuh tetapi dalam perjalanan waktu akan kalah dengan semak-duri dan tidak menghasilkan apa-apa.

Sedangkan yang jatuh di tanah subur, akan tumbuh, berkembang dan berbuah.

"Yah, seperti yang dikatakan Didi Kempot, ‘tak tandur pari jebul thukule malah suket teki kutanam padi ternyata yang tumbuh malah rumput teki.’

Baca: Tak Kenal Kapok, Coba Modus Baru Kirim Rokok Polos

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas