Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
New Normal, Mungkinkah Terwujud?
Beberapa pakar kesehatan dunia telah memastikan paling cepat dapat ditemukannya vaksin adalah pada 2021.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Dr Sumaryoto Padmodiningrat MM
TRIBUNNEWS.COM - "If you can't beat them, join them."
Presiden Joko Widodo mungkin terinspirasi pepatah Barat ini saat mengajak rakyatnya berdamai dengan Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 yang kini sedang melanda Indonesia dan dunia.
Jika Anda tidak dapat mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka. Artinya, jika seseorang terlalu kuat untuk Anda kalahkan, lebih baik Anda berada di sisi yang sama dengan mereka. Itulah maksud pepatah tersebut.
Sontak, apa yang disampaikan Presiden Jokowi itu, sebagaimana galibnya, menuai pro-kontra.
Bagi yang pro, ungkapan itu selaras dengan pepatah di atas, karena Covid-19 terlalu kuat untuk dikalahkan.
Terbukti hampir seluruh negara di dunia terjamah virus corona, tak terkecuali Amerika dan Rusia yang katanya negara adi daya (super power).
Bahkan Amerika tercatat sebagai negara dengan jumlah kematian tertinggi di dunia akibat corona.
Bagi yang kontra, ungkapan itu merupakan bentuk dari kekalahan dan penyerahan diri tanpa syarat pemerintah terhadap corona. Indonesia bertekuk lutut menghadapi corona.
Pro-kontra belum mereda, muncul pro-kontra baru, lagi-lagi dari Presiden Jokowi. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut Indonesia akan segera memasuki era baru (new era), yakni "new normal".
Lalu, apa dan seperti apa "new normal" itu? Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita, "new normal" adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, namun ditambah dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Prinsip utama dari "new normal" adalah dapat menyesuaikan diri dengan pola hidup baru, yakni memakai masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak (physical and social distancing) dengan bersekolah dan bekerja dari rumah, dan menghindari kerumunan.
Di Jepang, "new normal" tersebut disebut menghindari "3C", yakni "closed space" (ruang tertutup), "crowded place" (ruang ramai), dan "close contact" (kontak jarak dekat).
Masyarakat akan menjalani kehidupan secara "new normal" ini hingga ditemukannya vaksin dan dapat digunakan sebagai penangkal Covid-19.