Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kopi Puntang Menyibak Kenangan Dua Jenderal
Bagi dua orang jenderal ini, secangkir kopi bahkan bisa merajut sepanjang jalan kenangan.
Editor: Willem Jonata
Catatan Egy Massadiah
Tahukah Anda, efek plasebo menghirup seduhan kopi ternyata tidak hanya mendatangkan perasaan relaks, seperti dilansir Jurnal Science Alert, Amerika Serikat.
Bagi dua orang jenderal ini, secangkir kopi bahkan bisa merajut sepanjang jalan kenangan.
Setidaknya, itulah kesan yang saya tangkap Selasa (9/6/2020) saat Ketua Gugus Tugas Covid-19, Letjen TNI Doni Monardo menerima kunjungan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono.
Bertempat di ruang kerjanya, Lantai 10 Graha BNPB, Jl. Pramuka, Jakarta Timur, tuan rumah Doni Monardo menyuguhkan Kopi Puntang.
Kopi favorit Doni Monardo itu memang sudah kesohor. Bahkan saat kunjungan ke Jenewa dan Den Haag Belanda Mei tahun lalu Doni pun membekali dirinya dengan kopi puntang. Memang, Kopi Gunung Puntang, Jawa Barat pernah menjuarai Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat, tahun 2016.
Laksamana Yudo dan Letjen Doni terlibat pembicaraan menyusuri jalan kenangan di awal bulan Februari 2020. Saat itu, keduanya terlibat kerjasama spartan dan solid mengarantina 238 WNI asal Kota Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, China. Doni Monardo dalam kapasitas sebagai Kepala BNPB, sedangkan Laksamana Madya (saat itu) Yudo Margono sebagai Panglima Kogabwilhan 1.
Teritori Kogabwilhan 1 meliputi wilayah darat: Sumatera, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Sedangkan wilayah laut yang dikuasainya meliputi pererairan di sekitar Sumatera, DKI, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan ALKI-1 beserta perairan sekitarnya. Untuk wilayah udara, meliputi di atas Sumatera, DKI, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tegah dan ALKI-1 beserta perairan sekitarnya.
“Ketika mendapat berita itu, saya segera meluncur ke Natuna, menjumpai Bapak Menko PMK, Menkes, dan Kepala BNPB,” kenang lelaki kelahiran Madiun 26 November 1965 itu.
Masih segar dalam ingatan Laksamana Yudo dan Letjen Doni, bahwa menit, jam, dan hari-hari yang bergulir sejak pertemuan akhir Januari 2020 itu menjadi waktu yang berputar dengan torsi penuh. Sangat kencang, tetapi harus dijaga agar tetap presisi.
Betapa tidak. Keesokan harinya, 1 Februari 2020 satu pesawat komersial berikut tenaga medis diterbangkan ke Wuhan, menjemput WNI plus personel dari KBRI Beijing.
Natuna adalah tempat yang dipilih untuk mengkarantina mereka. “Semula mau memakai Komplek Komposit Marinir, tapi urung, dan akhirnya diputuskan memakai hangar Pangkalan Udara (Lanut) Raden Sajad Saleh,” ujar alumnus AAL angkatan ke-33 tahun 1988 itu.
Pembatalan pemakaian Komplek Komposit Marinir yang menjadi markas prajurit serta gudang persenjataan itu, karena dua alasan. Pertama, lokasinya harus dilalui melintas Kota Ranai, Kecamatan Bunguran Timur, ibukota Kabupaten Natuna. Kedua, fasilitas yang ada di komplek itu dinilai kurang memadai.
“Mengapa menjadi kenangan tak terlupakan? Bayangkan, dalam waktu kurang dari dua hari, kami harus mengubah hangar menjadi lokasi karantina,” kisah Laksamana Yudo.