Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kopi Puntang Menyibak Kenangan Dua Jenderal
Bagi dua orang jenderal ini, secangkir kopi bahkan bisa merajut sepanjang jalan kenangan.
Editor: Willem Jonata
Jiwa Patriot di Wisma Atlet
Persinggungan Laksamana Yudo dan Letjen Doni berlanjut ke kerja bersama mewujudkan Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Tidak sedikit prajuritnya yang ditempatkan di Wisma Atlet sejak dioperasikan 23 Maret 2020.
Bahkan, secara khusus KSAL Yudo Margono memuji para sukarelawan yang telah bekerja di RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran. Mereka sangat berani dan berdedikasi tinggi untuk penanganan pasien Covid-19. Mereka dinilai memiliki semangat dan jiwa patriot yang sangat tinggi.
Tak heran jika kepada Doni Monardo, ia menyampaikan keinginannya untuk merekrut mereka sebagai personel TNI-AL, jika ada bersedia.
Yudo menambahkan bahwa lulusan SMA atau sederajat dan sarjana yang memiliki kualifikasi dan prasyarat personel AL akan direkrut sesuai bidang masing-masing. Rumah sakit AL membutuhkan prajurit berkualifikasi kesehatan atau para medis. “Para relawan dinilai memiliki kualifikasi lebih, dalam hal keberanian, keikhlasan, dan totalitas dalam bekerja di medan tempur dengan musuh yang bahkan tak bisa kita lihat,” tambahnya.
Marinir untuk Surabaya
Tanpa disadari, pengembaraan kenangan dua jenderal ini begitu intens, sehingga jarum jam terasa melaju lebih cepat dari biasanya.
Belum hilang rasa pekat-nikmat kopi puntang di lidah, waktu sudah bergulir lebih dari 60 menit lamanya. Toh, belum ada tanda-tanda kedua jenderal ini menghentikan bincang bincangnya.
Kali ini giliran Doni menyampaikan permintaan secara khusus kepada KSAL Yudo Margono. Kaitannya dengan perilaku sebagian masyarakat Surabaya yang nekad, dan berakibat tingginya angka korban yang terpapar corona.
Doni tahu persis, pasukan elit TNI-AL, yakni korps marinir, sangat dicintai masyarakat Surabaya khususnya, Jawa Timur pada umumnya.
Sebab, AAL memang berada di kota Surabaya. Kota ini juga punya Bumi Marinir di Karangpilang. Bukan hanya itu, secara reguler Korps Marinir mengangkat citra Jawa Timur dengan gelaran lomba renang menyeberangi selat Madura.
Demi melihat kedekatan TNI-AL, khususnya marinir dengan warga Surabaya, maka melalui KSAL, Doni meminta pasukan marinir membantu Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Walikota Tri Risma Harini, agar lebih efektif menerapkan protokol kesehatan di daerahnya.
Yudo menyambut baik permintaan Doni Monardo. Sebagai KSAL, Yudo menyatakan komitmennya untuk selalu bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
“Setidaknya saya sudah berpengalaman menerima tugas-tugas berat dari pak Doni. Dan kami mendapat pelajaran berharga, seberat apa pun pekerjaan, jika kita kerjakan dengan gigih dan militan, maka semua bisa kita kerjakan. Kerjasama dan kerja keras sejak Natuna, Sebaru hingga Wisma Atlet membuktikan itu,” papar Yudo bangga.
Satu “titipan” lagi dari Jenderal Doni kepada Laksamana Yudo adalah, pesan nasionalisme dan bela negara melalui prajurit marinir yang diterjunkan di Surabaya.
“Saya yakin, pasukan marinir mampu menggerakan anak-anak muda kota Surabaya untuk terjun membantu sesama sebagai relawan. Mereka adalah putra-putri kota pahlawan, jadi saya yakin mudah bagi marinir untuk mengajak mereka menjadi relawan,” ujar Doni Monardo.
Doni juga prihatin melihat jumlah relawan Jawa Timur yang sangat kecil. Sebagai perbandingan, per akhir Maret 2020, jumlah pendaftar relawan terbanyak ditempati Jawa Barat (1.445 orang) disusul DKI Jakarta (1.384 orang). Sedangkan Jawa Timur hanya 559 pendaftar. Kabar dari Gubernur Jatim, sebagian besar dari pelajar, mahasiswa, dan komunitas Tionghoa.
Sebagai penutup tulisan, izinkan saya menyampaikan kenangan saya pribadi.
Suatu hari ketika di Natuna, Doni Monardo berkata, “Orang ini (yang dimaksud adalah Yudo Margono-pen) kerjanya sangat bagus. Suatu saat, beliau layak menjadi Kasal.”
Selamat, Laksamana! Jales veva jaya mahe!