Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kasus Novel dan Amsal Pertunjukan Wayang

"Borok-borok" Jaksa Fedrik pun mulai dikorek. Fedrik dikulik. Fedrik seakan telah menjadi "public enemy" atau musuh publik.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kasus Novel dan Amsal Pertunjukan Wayang
kompas.com
Penyidik Senior KPK, Novel Baswedan ditemui di depan kediamannya di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (11/4/2019). Novel Baswedan menyindir Presiden Jokowi terhadap tuntutan terhadap terdakwa kasus penyiraman air keras kepada dirinya. 

Tuntutannya terhadap dua terdakwa dinilai janggal, melengkapi puluhan kejanggalan lainnya, dan melukai rasa keadilan publik.

Bila memang Fedrik hanya sekadar wayang, begitu pula Ronny Bugis dan Rahmat Kadir yang terkesan mudah "menyerah", lantas siapakah dalang (sutradara) sekaligus penulis skenarionya?

Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, sinyalemen Novel Baswedan tampaknya patut dipertimbangkan. Novel pernah mensinyalir ada oknum jenderal yang diduga terlibat dalam kasus teror yang menimpa dirinya.

Apakah dalang atau sutradara sekaligus penulis skenario pertunjukan wayang atau sandiwara kasus Novel itu adalah oknum jenderal tersebut? Kita tidak tahu pasti, dan mungkin tak bisa berharap banyak.

Sebab, berharap terungkap dan tertangkap siapa aktor intelektual di balik dua terdakwa, Ronny Bugis dan Rahmat Kadir, yang kita tengarai sekadar "stuntman" atau pemeran pengganti, seperti menunggu Godot yang tak jelas kapan datangnya, bahkan mungkin tak akan pernah datang.

Maklum, teror Novel Baswedan ini merupakan "high profile" atau kasus kakap yang aromanya menyerupai kasus Antasari Azhar dan kasus Munir yang diduga sarat rekayasa.

Maka jangan berharap pelaku sesungguhnya, dalang (sutradara) atau penulis skenarionya akan terungkap apalagi tertangkap. Yang muncul di permukaan adalah sekadar eksekutor lapangan atau bahkan "stuntman", sementara "intelectual dadder" atau aktor intelektualnya tak tersentuh. Mereka adalah "invisible hands" dan juga "superman" yang berperan di balik layar.

Berita Rekomendasi

Alhasil, benar kata Tere Liye (41) bahwa di negeri para pedebah kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.

Benar pula kata Taufiq Ismail (85) bahwa dunia ini panggung sandiwara: ada peran wajar, ada peran berpura-pura!

* Karyudi Sutajah Putra: Pegiat Media, Tinggal di Jakarta.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas