Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jangan Lupa Bahagia
Upaya menuju bahagia menemukan entry point yang sama dengan ikhtiar dan langkah-langkah untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (a Better Life).
Editor: Setya Krisna Sumarga
Seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasan hidup, pikiran dan perasaan yang positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.
Emosi positif bisa berhubungan dengan masa lalu, masa sekarang, atau masa depan, yang dengan mempelajari ketiganya, seseorang dapat menggerakkan emosi ke arah yang positif dengan mengubah perasaan tentang masa lalu, cara berpikir tentang masa depan, dan cara menjalani masa sekarang (Selligman).
Dalam beberapa pandangan klasik dan keagamaan, bahagia adalah ketika kita bisa mensyukuri segala nikmat-nikmat yang setiap hari, setiap detik kita rasakan dan kita lalui.
Untuk menjadi bahagia dan mencapai kehidupan yang lebih baik, dengan sendirinya memerlukan sebuah konsepsi yang menjelaskan apa sajakah yang kemudian perlu difahami, direncanakan dan kemudian dijalankan.
Jembatan yang menuju kedua hal tersebut adalah kesadaran tentang nilai-nilai hidup, prinsip etis yang menjadi penyangga dan pegangan menjalani kehidupan dengan lebih baik dan penuh makna.
Kesadaran nilai ini akan menjadi jembatan yang terbuka untuk siapapun dan akan memudahkan setiap yang menyeberanginya menuju bahagia.
Kesadaran tentang nilai (value) banyak menarik minat dan perhatian saya, baik saat menjalankan program pembelajaran personality development dan soft skill, maupun pada program pendampingan dan pengembangan budaya organisasi bersama beberapa perusahaan.
Bagi sebuah organisasi, kesadaran dan komitmen pada values menjadi fundamen yang memiliki korelasi sangat erat dan bermuara pada berjalannya budaya organisasi yang efektif.
Perusahaan besar karena membangun budaya dengan sungguh-sunguh karena keyakinan produktivitas perusahaan dan karyawan dapat didorong dengan menciptakan suasana kerja atau budaya kerja yang menyenangkan.
Beberapa ahli manajemen, salahsatunya Anthony Robbins mengungkapkan, konsep budaya perusahaan dalam beberapa dekade saat ini dipercaya sebagai salahsatu alat untuk mencapai keunggulan dan keberhasilan perusahaan, sehingga kemudian setiap perusahaan memiliki budaya yang unik dan berbeda.
Ada hubungan timbal balik dalam budaya perusahaan dan nilai pribadi. Nilai perusahaan (corporate values) terbentuk dari kesepakatan nilai-nilai pribadi individu-individu dalam perusahaan yang disepakati dan dikukuhkan sebagai nilai-nilai yang dipegang bersama, dan sebaliknya budaya perusahaan akan diserap oleh karyawan menjadi nilai-nilai pribadi mereka.
Salah satu insight dalam sesi pelatihan maupun rekomendasi yang sering muncul saat evaluasi implementasi budaya perusahaan adalah berkaitan dengan kuatnya pengaruh nilai-nilai korporat (corporate values).
Juga perilaku-perilaku kunci (key behavior) yang merefleksikan nilai tersebut terhadap efektivitas budaya sebuah perusahaan.
Jika kita memperhatikan suatu organisasi atau perusahaan, maka eksistensi, tumbuh dan berkembangnyabudaya perusahaan bukan semata-mata karena jargon, event, campaign dan banyaknya artefak-artefak budaya perusahaan yang disiapkan dan disosialisasikan.