Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
'Kalau Nanti Aku Enggak Ada, Kamu Sedih Enggak?'
Cepatnya proses transisi itu mengirim pesan bahwa masyarakat harus lebih serius menyikapi perkataan tentang bunuh diri yang dikemukakan siapa pun.
Editor: Malvyandie Haryadi
Oleh: Reza Indragiri Amriel
Kabid Pemenuhan Hak Anak LPAI
TRIBUNNERS - "kalau nanti aku enggak ada, kamu sedih enggak?'
Awam barangkali menganggap sepele perkataan semacam itu.
Tapi dari perspektif psikologi, kalimat tersebut merupakan pertanda suicidal ideation (pemikiran tentang bunuh diri).
Pemikiran semacam ini sama sekali tidak boleh dianggap enteng.
WHO, misalnya, menyimpulkan bahwa sekitar 60 persen transisi dari pemikiran tentang bunuh diri ke rencana bunuh diri lalu berlanjut ke langkah bunuh diri berlangsung dalam kurun 12 bulan sejak pemikiran itu muncul untuk pertama kalinya.
Cepatnya proses transisi itu mengirim pesan bahwa masyarakat harus lebih serius menyikapi perkataan tentang bunuh diri yang dikemukakan siapa pun.
Seperti otoritas penerbangan yang tidak menoleransi ucapan "bom", siapa pun juga perlu menyemangati orang-orang dengan suicidal ideation untuk selekasnya mencari bantuan medis dan psikis.
Masyarakat yang lebih paham pentingnya keseriusan menyikapi suicidal ideation akan menjadi protective factor bagi tercegahnya aksi bunuh diri.
Dikaitkan ke kasus editor media, kita tentu berduka atas kejadian dimaksud.
Tinggal lagi investigasi polisi: seberapa jauh suicidal ideation akan dicermati sebagai salah satu arah penyelidikan guna mengungkap kasus meninggalnya sang editor.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.