Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Perlu Political Will Dalam Menjaga Industri Pesawat Dirgantara

Pemerintah perlu menunjukan political will untuk menunjukkan kepedulian terhadap bangkitnya industri pesawat terbang nasional

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Perlu Political Will Dalam Menjaga Industri Pesawat Dirgantara
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Penjaga stan mengajak pengunjung berpartisipasi dalam bentuk sumbangan dana atau crowdfunding melalui platform Kitabisa.com untuk mewujudkan pembuatan prototipe pesawat R80 pada Islamic Festival Book Fair Jabar di Balai Asri Pusdai Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (28/11/2017). (TRIBUN JABAR/GANI 

Nama perusahaan pesawat terbang yang kemudian berubah menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan kemudian diubah menjadi yang disebut sekarang sebagai PT Dirgantara Indonesia, atau PT DI.

Setelah memiliki perusahaan tersendiri yang bergerak di bidang pesawat terbang, industri pesawat terbang nasional terus berkembang.

IPTN tidak hanya mengerjakan proyek pembuatan bagian-bagian pesawat yang merupakan pesanan mitra kerja, tapi juga bergerak membangun pesawat komersil buatan sendiri.

Pada 11 November 1983, IPTN memperkenalkan pesawat pertama produksi mereka bernama CN-235.

Sebuah pesawat penumpang sipil kelas menengah bermesin dua ini menjadi pesawat paling diminati banyak kalangan di kelasnya. CN-235 adalah pesawat hasil kerja sama antara IPTN dan CASA dari Spanyol.

Karenanya kode awal pesawat ini adalah CN yang merupakan singkatan dari CASA dan Nasional atau Nurtanio.

Tidak berhenti di CN-235, 6 tahun berikutnya IPTN memperkenalkan rancangan pesawat keduanya berkode N-250.

Berita Rekomendasi

Pesawat yang terbang perdana pada 10 Agustus 1995 ini, menjadi pesawat primadona IPTN dalam upaya merebut pasar di kelas 50-70 penumpang. Berbeda dengan pesawat sebelumnya yang merupakan hasil kerjasama dengan CASA Spanyol, N-250 adalah hasil karya IPTN sendiri. Karenanya, kode pesawatnya yang digunakan adalah N, yang berarti Nusantara atau Nurtanio, bukan lagi CN.

Namun kreasi gemilang industri pesawat terbang nasional milik Indonesia yang tinggal dikembangkan lebih lanjut ini, terputus.

Hanya dua tahun setelah N-235 terbang perdana, Indonesia dilanda krisis moneter. Gonjang-ganjing ekonomi ini mau tidak mau berimbas ke IPTN.

International Monetery Fund, IMF, yang dijadikan juru selamat ekonomi Indonesia dengan pinjaman uangnya oleh Presiden Soeharto, mensyaratkan pembubaran IPTN sebagai bagian dari upaya yang harus dilakukan pemerintah Indonesia.

IPTN yang sudah goyah karena krisis ekonomi, menjadi bertambah goyah.

Sejak 15 Februari 1998, APBN tidak lagi mengalokasikan dana untuk IPTN.

Karenanya IPTN harus merumahkan banyak karyawannya. IPTN yang semula mempunyai 16 ribu karyawan, memangkas jumlah karyawannya hingga menjadi 4.000 orang saja.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas