Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Memaknai Merdeka: Surat kecil untuk Eyang dari Rahayu Saraswati

Subianto dan Soedjono gugur pada 25 Januari 1946 dalam Pertempuran Lengkong, Serpong.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Memaknai Merdeka:  Surat kecil untuk Eyang dari Rahayu Saraswati
dok pribadi
Muhamad dan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo di makam kedua eyangnya di TMP Taruna, Kota Tangerang. 

OLEH: Dar Edi Yoga

PAGI TADI, memperingati Hari Kemerdekaan RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo melakukan tabur bunga di makam kedua eyangnya di TMP Taruna, Kota Tangerang.

Bakal calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan itu memang mewarisi darah pejuang dari kedua saudara kakek kandungnya, RM Subianto Djojohadikoesoemo dan RM Soedjono Djojohadikoesoemo.

Subianto dan Soedjono gugur pada 25 Januari 1946 dalam Pertempuran Lengkong, Serpong.

Kakek kandung Saraswati sendiri adalah Soemitro Djojohadikoesoemo, seorang begawan ekonomi Indonesia, salah satu peletak dasar arah pembangunan ekonomi Indonesia.

Saraswati, yang kini menjadi Calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, bertekad meneruskan perjuangan leluhurnya sesuai zaman di mana ia berbakti.

Tekad tersebut ia tuangkan dalam selarik puisi dengan judul "17 Agustus 2020, Surat Kecil untuk Eyang".

Berita Rekomendasi

Bagi Saraswati, kemerdekaan adalah jembatan emas menuju sejahtera bersama. Sejahtera yang tak semata bersifat material, tetapi lebih jauh dari itu, sejahtera hati dan pikiran. Setiap orang diberi ruang merdeka, ruang bebas untuk berbicara dan untuk didengarkan. Saraswati percaya, tanpa kemerdekaan untuk berpikir, berbicara dan didengarkan, maka tidak akan ada kreativitas dan inovasi.

Pemimpin, harus mewujudkan hal itu. Memberi ruang kepada rakyat untuk bebas menyampaikan keinginan dan kebutuhan mereka, mendengarkannya sepenuh hati, dan menjadi pertimbangan utama para pemimpin di wilayahnya untuk mewujudkannya.

Menurutnya, kolaborasi dengan rakyat tidak boleh dianggap sebagai sebuah beban oleh para pemimpin.

Kolaborasi rakyat dan pemimpin justru akan melahirkan kreativitas dan inovasi bersama yang sesuai dengan apa yang diharapkan rakyat, sesuai dengan kebutuhan rakyat dan wilayahnya.

Ia menambahkan, semangat kolaborasi yang sebenarnya sudah diajarkan nenek moyang bangsa Indonesia lewat tradisi "gotong royong". Tradisi tersebut merupakan perwujudan nyata bahwa kebijakan pemerintah seharusnya bukan semata dari atas ke bawah.

Kebijakan harus datang dari bawah, pemimpin mesti lebih dulu menyerap suara, kebijakan dan kearifan rakyat, untuk diwujudkan bersama-sama.

"Tugas pemimpin adalah mewujudkan harapan rakyat," tutur Saraswati.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas