Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pak Jakob yang Saya Kenal
Hampir tiap minggu Pak Jakob selalu menelpon redaksi dan memberikan nasehat kepada redaksi agar Kontan sebagai media bisnis harus pro bisnis.
Editor: Achmad Subechi
Oleh: Budi Arie Setiadi*
Saya punya pengalaman yang sangat berkesan dengan Pak Jakob Oetama.
Beliau Pemimpin Grup Kompas Gramedia, dan saya waktu itu bekerja sebagai jurnalis di Tabloid Kontan.
Sebuah media yang baru saja terbit di medio 1996. Saya bergabung di Kontan dalam kondisi media tersebut belum ada alias masih konsep.
Senior- senior saya, mantan Wartawan Tempo yang dibredel tahun 1994 banyak membimbing saya seperti Mas Margiono, Yopi Hidayat , Budi Kusumah, Adrian Taufik Gesuri, Bambang Aji, Mobanoe Mura , Dwi Setyo Arianto, Andi Reza Rohadian dan yang lainnya.
Saya menjadi jurnalis di tabloid ekonomi itu selama sekitar lima tahun sejak 1996 hingga 2001. Kontan adalah anak usaha dari Kompas Gramedia.
Latar belakang saya adalah aktivis gerakan mahasiswa UI yang sangat kritis terhadap rezim Soeharto.
Masyarakat tentu sudah mengetahui bagaimana perlawanan rakyat, termasuk mahasiswa, terhadap rezim Soeharto sampai tumbang pada Mei 1998.
Dalam gejolak melawan ketidakadilan itulah saya menjadi jurnalis di Kontan, yang diisi dan dipimpin oleh jurnalis-jurnalis muda yang progresif.
Bisa dipastikan bagaimana angle-angle, headline, dan cover story Tabloid Kontan waktu itu. Melawan rezim Soeharto waktu itu menjadi "kewajiban" dan tanggungjawab bersama.
Beberapa edisi di awal- awal bahkan sangat kritis terhadap seluruh bisnis Soeharto dan para kroninya.
Dalam masa-masa menegangkan itulah komunikasi Kontan, termasuk saya sebagai jurnalis, dengan Pak Jakob tergolong intens.
Hampir tiap minggu Pak Jakob selalu menelpon redaksi dan memberikan nasehat kepada redaksi agar Kontan sebagai media bisnis harus pro bisnis dan jangan jangan terlalu keras kepada pengusaha.
Beliau memberikan arahan dan masukan agar melakukan kritik dengan santun dan bijak. Tentu waktu itu kami kurang happy. Maklum, darah muda.
Yang lucu dan sampai sekarang masih saya ingat adalah seharusnya Pak Jakob menelepon Kang Budi Kusumah.
Tapi operator menghubungkannya ke saya sehingga saya yang menerima langsung petuah dari Pak Jakob.
Terlepas dari pro-kontra Pak Jakob dengan awak Kontan ketika itu, beliau adalah sosok ayah. Pemimpin dalam keluarga. Tentu tidak semua hal sependapat, tapi bisa dipahami kekhawatiran beliau.
Saya sebagai pribadi dan Wakil Menteri PDDT berduka sangat mendalam atas wafatnya Bapak Jakob Oetama.
Beliau adalah tokoh pers yang sangat legendaris. Saya yakin sekali dan berharap, Tuhan mengampuni beliau dan menempatkannya di surga.
Semoga seluruh keluarga yang tinggalkan memperoleh penghiburan. Amin.
*Budi Arie Setiadi, Wamendes PDTT RI