Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Manuver Vanuatu Soal Papua dan Sosialisme Melanesia
Negara yang mengkritik Indonesia ini justru belum meratifikasi Konvensi Internasional Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.
Editor: Malvyandie Haryadi
Bahkan negara-negara internasional saat ini melakukan “burden sharing” untuk masalah pengungsi dari berbagai negara yang terlibat dalam konflik yang notabene bukan merupakan warga negara mereka dan juga bukan berasal dari etnis yang sama dengan mereka.
Meskipun Vanuatu saat ini lebih terbuka dan bisa bekerjasama dengan negara-negara non-Melanesia, tetapi konsep sosialisme Melanesia ini terus dipertahankan oleh kebanyakan politisi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, dan yang paling mudah adalah dengan mengangkat isu orang-orang yang mereka klaim sebagai saudara mereka, yaitu orang-orang Papua.
Untuk mendapatkan simpati, maka mereka terus mendengungkan isu bahwa masih ada orang Melanesia yang tertindas dan mereka akan menjadi pahlawan untuk membebaskannya.
Tapi sayangnya para politisi tersebut kurang mempunyai kapasitas untuk mendapatkan informasi dari kedua belah pihak, atau sikap bebal mereka untuk hanya menerima informasi dari pihak-pihak yang ingin melepaskan diri dari Indonesia, tanpa mempedulikan akurasi informasi yang mereka terima.
Mereka bahkan menutup mata bahwa pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat jauh lebih maju dibandingkan pembangunan di Vanuatu. Dan mereka juga tidak tahu, bahwa perwakilan resmi masyarakat Papua dalam level lokal adalah Gubernur, Walikota dan Bupati yang dipilih langsung oleh masyarakat Papua, bukan para separatis yang mengangkat diri mereka sendiri sebagai pemimpin.
Selama ide rasial untuk sosialisme Melanesia dan kejayaan bangsa Melanesia maka para politisi Vanuatu akan terus mengangkat isu Papua.
Untuk itu harus ada pendekatan kepada mereka bahwa kemajuan suatu ras seperti yang mereka idealkan bukan berarti harus dalam bentuk satu negara, tetapi bisa dengan menjadi bagian dari suatu ikatan besar ras-ras yang ada dalam suatu negara.
Dan satu hal lagi yang mungkin tidak dimengerti oleh para politisi Vanuatu tersebut, bahwa ras Melanesia di Indonesia bukan hanya orang Papua, tetapi juga orang Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
Jadi, sekali lagi, apalagi mereka masih tetap bebal dan menutup mata terhadap kemajuan di Papua dan terus mengangkat tuduhan tanpa dasar, maka kata-kata yang cocok untuk mereka adalah: shameful dan ignorant.