Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Blogger yang Memersatukan Bangsa

Meski masih eksis, namun makin sedikit saja orang ngeblog. Mereka lebih memilih menggunakan aplikasi media sosial (medsos) lain

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Blogger yang Memersatukan Bangsa
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
ILUSTRASI - Blog Jepang.Com 

Oleh: Aris Heru Utomo, Direktur Standardisasi Materi dan Metode Aparatur Negara BPIPBlogger, pendiri Komunitas Blogger Bekasi dan Komunitas Blogger ASEAN

 “Blog merupakan tren sesaat,” begitu ujar Roy Suryo, mantan anggota DPR dan Menteri Pemuda dan Olahraga pada era presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada sekitar tahun 2007 ketika mengomentari meningkatnya aktivitas ngeblog yang dilakukan para blogger, sebutan untuk mereka yang menulis di web blog, di Indonesia.

Pada saat itu dunia penulisan melalui blog atau web blog sedang marak-semaraknya. Para blogger berbondong-bondong mengunggah tulisannya (posting) di aplikasi web yang disebut web blog. Tujuannya adalah untuk berbagi informasi dan opini ke ruang publik tanpa harus melewati proses redaksional sepertti lazimnya di media arus utama (mainstream).

Semakin membaiknya akses internet dan berkembangnya aplikasi web blog yang memudahkan blogger mengembangkan blog yang dimilikinya, menjadikan jumlah blogger di Indonesia meningkat pesat. Pertambahan jumlah blogger dan menguatnya tren blogging memunculkan beragam komunitas blogger berbasis kedaerahan seperti Komunitas Blogger Bekasi. Komunitas Blogger Angin Mamiri (Makassar), Wong Kito (Palembang) dan Cah Andong (Yogyakarta). Kegiatan pertemuan blogger se-Indonesia pun digelar antara tahun 2007-2011 dalam format Pesta Blogger. Bahkan Komunitas Blogger Bekasi pun sempat mengadakan “Amprokan Blogger” pada 2010 dan 2011.

Gara-gara pernyataannya yang dianggap merendahkan aktifitas ngeblog tersebut, Roy Suryo mendapat kecaman dari para blogger. Mereka marah, emosi, meradang dan melampiaskannya dengan berbagai cara, termasuk membuat tulisan di blog.

Kini, tiga belas tahun kemudian, pernyataan Roy Suryo tidak sepenuhnya keliru. Karena meski masih eksis, namun makin sedikit saja orang ngeblog. Mereka lebih memilih menggunakan aplikasi media sosial (medsos) lain seperti Facebook, Youtube, Twitter dan Instagram.

Meski tidak rutin setiap hari, saya masih aktif ngeblog dengan menyempatkan menulis tentang hobi, ekonomi, politik dan sebagainya beberapa kali sebulan di blog pribadi ataupun blog keroyokan Kompasiana. Sama seperti yang lainnya, saya lebih aktif update status di Facebook dan Instagram. Adapun Kompasiana sendiri kini menjadi satu-satunya platform ngeblog komunitas yang masih aktif dan menghasilkan. Sementara blog-blog keroyokan lainnya seperti dagdigdug atau detik sudah tutup warung sejak lama.

Berita Rekomendasi

Di tengah peringatan Hari Blogger Nasional ke-14 pada tanggal 27 Oktober 2020 ini, Hari Blogger Nasional pertama kali dicanangkan Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Muhammad Nuh, pada 27 Oktober 2007 pada saat membuka kegiatan Pesta Blogger 2007, saya menyaksikan eksistensi blogger di Indonesia masih ada terlebih melihat fenomena bahwa blogger Indonesia telah berhasil mentranformasikan diri menjadi pegiat medsos.

Banyak blogger yang menekuni dunia blogging kemudian bertransformasi antara lain menjadi jurnalis warga ataupun public figure dengan sebutan-sebutan seperti selebritas blog (selebblog), selebgram, ataupun influencer. Mereka menjadikan blog atau medsos sebagai sumber penghasilan, memperluas jaringan sosial pertemanan, dan menjadi tempat untuk membuka peluang bisnis di dunia nyata.

Mereka menggabungkan konsep blog di Indonesia dengan medsos. Menuliskan opininya di blog dan menyebarluaskannya kepada pengikutnya melalui aplikasi medsos lain seperti Facebook dan Twitter. Sebaliknya, mereka menuliskan opininya di Facebook atau dalam rangkaian cuitan di Twitter kemudian dipindahkan ke blog personal atau komunitas. Tidak sedikit dari blogger yang menulis konten tersebut kemudian menjadi influencer kelompok atau kepentingan politik tertentu.

Keberadaan blogger sebagai pegiat medsos di era pasca kebenaran (post-truth) telah menandai pergeseran sosial yang melibatkan media arus utama (mainstream) dan menguatnya persaingan opini dan informasi berbasis fakta dengan berita-berita bohong (hoaks) di ruang publik.  Media arus utama tidak lagi menjadi rujukan utama, sementara medsos menjadi alternatif sumber pemberitaan dan informasi. Bahkan propaganda di medsos dapat memberikan pengaruh kuat terhadap stabilitas dan kedaulatan suatu negara.

Dalam konteks inilah blogger dihadapkan pada tantangan untuk dapat menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di dunia maya dan nyata. Salah satunya adalah menghadapi penyebaran konten-konten negatif atau hoaks yang menimbulkan keresahan dan saling mencurigai di masyarakat yang dilakukan oknum tertentu untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya. Seperti halnya narkoba, maka dalam penyebaran hoaks ada produksi, distribusi, dan konsumen, sehingga efek ketagihan tersebut terorganisir.

Bahwa penyebraan hoaks merupakan kegiatan terorganisir dapat dilihat dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika per Mei 2020 dimana terdapat 1.401 konten hoaks atau 280 konten hoaks setiap bulannya dan disinformasi khusus Covid-19 yang beredar di masyarakat.

Sebagai pegiat medsos, blogger meskipun bukan public figure mesti memiliki tanggung jawab yang sama dalam menghadapi hoaks untuk menjaga perdamaian dan persatuan NKRI. Semua perbedaan pendapat harus selalu diperbincangkan dan diperdebatkan dalam konteks NKRI dan Pancasila.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas