Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Duka Doni Monardo: Selamat Jalan Kolonel Ckm dr. Is Priyadi, Pahlawan Citarum itu Berpulang
Hari Kamis 3 Desember 2020, kumandang azan isya baru saja usai, ketika Doni Monardo menangkap sebuah pesan penting di telepon selulernya.
Editor: Malvyandie Haryadi
Anda ingin tahu hasilnya lebih lengkap? Jangan tercengang.
Volume tinja manusia yang masuk ke Sungai Citarum adalah 35,5 ton per hari. Sementara, kotoran ternak yang masuk ke Citarum 56 ton per hari.
Bagaimana dengan sampah? Lebih dahsyat. Tak kurang dari 20,462 ton sampah per hari masuk ke sungai Citarum. Dari jumlah itu, sebanyak 71 persen tidak terangkut. Belum lagi limbah medis. Tim Survey Kodam Siliwangi menemukan kantong darah HIV/AIDS, potongan organ bagian dalam tubuh manusia, alat medis bekas pakai, dan lain-lain.
Kondisi itu diperparah dengan adanya 1.900 industri penghasil limbah dan membuangnya ke Citarum. Dari jumlah itu, 90 persen di antaranya belum memenuhi standar IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Data itu valid, karena bersumber dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat. Dokter Is pula yang mengulik data tadi.
Uji lab atas air yang ada di Citarum dan sungai anakannya, menemukan kandungan besi (fe), Mangan (Mn), Zat Organik, dan kekeruhan. Logam berat itu berdampak, antara lain pada gangguan otak dan syaraf, kanker jantung, kanker pembuluh darah, dan kecacatan reproduksi. Itu pula yang mengakibatkan banyak anak-anak autis serta bertambahnya penderita kanker.
Penelitian pun sampai kepada uji klinis pada ikan dan air yang ada di Citarum. Hasilnya, lagi-lagi sangat mencengangkan bagi awam, dan bikin geram Panglima Doni Monardo.
Kandungan merkuri ditemukan dari hasil uji terhadap ikan lele yang ada di Cilampeni dan Cimarangi. Merkuri juga ditemukan pada hasil uji ikan emas yang ada di Cisanti. Hasil penelusuran lebih jauh, ternyata di salah satu zona, terdapat penambangan emas liar yang menggunakan merkuri secara serampangan dan ilegal.
Bahaya merkuri, misalnya, bisa mengakibatkan gangguan otak dan mental, tremor, radang dan pembengkakan gusi, gangguan perut dan ginjal, mengganggu perkembangan otak janin pada wanita hamil, bisa mengakibatkan bengkak, kebas, kesemutan pada tangan dan kaki, serta bisa mengakibatkan kulit tubuh terkelupas.
Sedangkan pekatnya kadar bakteri, sejenis e-coli dan lain-lain disebabkan besarnya volume tinja manusia yang masuk ke Sungai Citarum serta kotoran ternak.
Kandungan lain di Citarum adalah bakteri pseudomonas aeruginosa yang bisa mengakibatkan meningitis/radang selaput otak, radang selaput mata, radang saluran kemih, dan luka membusuk. Itu semua susah diobati karena kebal terhadap antibiotik. Bakteri itu berasal dari buangan limbah rumah sakit.
Baca juga: Air Sungai Citarum Meluap, Beberapa Wilayah di Bandung Terendam Banjir
Mengonsumsi air Citarum, dalam kalimat yang barangkali dramatis, bisa dikatakan sebagai “bunuh diri”.
“Setelah data terkumpul, berkat kerja keras almarhum, barulah saya merancang aksi satu kesatuan komando dari hulu ke hilir dengan semua komponen dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Alhasil, sungai sepanjang 269 km itu pun dibagi menjadi 22 sektor,” lanjut Doni.
Pada setiap sektor dikoordinir oleh seorang perwira menengah TNI (kolonel). Jumlah personel 7.100 orang, terdiri atas TNI/Polri (200 orang per sektor), personel gabungan (100 orang per sektor), bidang pembibitan (200 orang) dan cadangan 300 orang. Jumlah itu ditambah 500 orang dari unsur perguruan tinggi yang ada di Jawa Barat.
Program yang kemudian disambut positif Presiden Joko Widodo itu dan memberi payung hukum bagi pelaksanaannya, merupakan karya nyata Doni Monardo, yang diawali oleh kerja keras almarhum Is Priyadi.
Beberapa kali, Doni Monardo menggumamkan kalimat, “almarhum adalah pahlawan Citarum Harum”. (egy/roso)