Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Apa Itu Wahabi dan Salafi? Disebut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sebagai Pintu Masuk Terorisme

Wahhabi sejatinya adalah gerakan pemikiran salah satu etnis Arab. Yaitu dakwah Islamiah yang digagas oleh suku Nejd.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Apa Itu Wahabi dan Salafi? Disebut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sebagai Pintu Masuk Terorisme
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon. 

Asia Tenggara adalah target penaklukan berikutnya. Banyak dana digelontorkan untuk mendukung program kerja agen-agen pribumi, yang menopang ideologi Salafi dan mengendarai gerakan Wahhabi.

Sampai di sini, Salafi-Wahhabi cenderung memerankan fungsi kolonialisme, yakni mengkoloni negara-negara Asia Tenggara, terutama Indonesia sebagai target.

Jika di dalam upaya penaklukan tersebut terkendala teknis, semisal nilai-nilai budaya lokal yang begitu kuat, maka penyelesaian teknis berupa anarkisme, destruktifisme, dapat dilakukan. Ini latar belakang Salafi-Wahhabi cenderung disebut radikalis, fundamentalis, atau Jihadis (Alvi, 2014).

Dalam wujud lain, Wahhabi-Salafi bermetamorfosa menjadi gerakan Islamic State (IS/ISIS). Lincoln Clapper menulis artikel "Wahhabism, ISIS, and the Saudi Connection," yang dengan cukup bagus menganalisa dan menemukan hubungan erat Wahhabi, ISIS.(Geopoliticalmonitor, 31 Januari 2016).

Melalui sepak terjang ISIS ini, Wahhabi menjelma terorisme. Menurut Clapper, ISIS mengadopsi semua pemikiran Wahhabi.

ISIS yang mengadopsi gerakan Wahhabi menelan banyak korban, baik penghancuran situs-situs Islam di syuriah maupun pembunuhan para alim ulama sunni terkemuka, antara lain: Syekh Muhammad Adnan Al Afyouni (Mufti Damaskus), Syekh Said Ramadhan Al Buthi (Ketua Kesatuan Ulama Syam), Syekh Adnan Sho'ab (Imam Masjid Muhammadi), Syekh Hasan Bartawi (Imam Masjid Imam Nawawi), Syekh Muhammad Ahmad Auf Shadiq (Imam Masjid Anas Bin Malik), dan Syekh Abdul Latif Al Syami (Imam Masjid Aminah). Dengan kata lain, terorisme dan organisasi teroris lahir dari gerakan Wahhabi-Salafi.

Sebagian kelompok menyadari aspek-aspek politis tersebut, pada saat sebagian besar tidak menyadarinya. Kelompok yang sadar berusaha memisahkan diri dari gerakan Wahhabi, dengan tetap mempertahankan ideologi Salafi.

Berita Rekomendasi

Kelompok ini tetap bertahan memperjuangkan puritanisme Islam, melalui gerakan purifikasi namun tidak mendukung Jihadisme, yaitu pandangan bahwa dakwah harus ditempuh dengan cara-cara radikal-ekstrim (Azzouzi, 2008:56).

Semenjak Salafi memisahkan diri dari Wahhabi, purifikasi Islam tidak berbahaya, karena Salafi menekankan pada perbaikan moralitas umat, peningkatan kuantitas ibadah Sunnah, dan siap berdialog dengan keragaman.

Tetapi tidak bagi Wahhabi-Salafi. Kelompok Wahhabi bersembunyi di balik topeng Salafi, lalu menyusupkan ideologi kekerasan.

Karenanya, kaum Salafiyun (pendukung Salafi) berdakwah secara lemah lembut, tetapi Wahhabiyun atau Wahhabi-Salafi berdakwah secara radikal.

Hal lain yang juga penting membedakan kelompok Salafi dan kelompok Wahhabi-Salafi adalah aspek ekonomi-budayanya. Wahhabi-Salafi berbahaya bukan saja karena gagasan yang mereka usung, melainkan proyek kolonialisasi yang mereka lakukan.

Di tataran permukaan, yang bisa dicermati kasatmata, Wahhabi-Salafi adalah gerakan kekerasan. Tetapi, aspek di balik panggung yang tidak mudah dicermati adalah aspek aliran dana internasional.

Atas berbagai alasan, relasi ekonomi ini menghubungkan antara kelompok Wahhabi-Salafi lokal dengan jaringan global mereka (Bahgat, 2004).

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas