Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Berbagai Prangko Meter Indonesia di Zaman Lampau
Pengiriman EMS (Express Mail Service) salah satu produk unggulan Pos Jepang, diperkenankan 100 persen menggunakan prangko.
Editor: Willem Jonata
Bisa juga gambar-gambar misalnya Tugu Monas di bagian tengah PM tersebut seperti logo perusahaan RUYS tersebut pada gambar di bagian tengah PM.
Artinya kita bisa promosi pula bagian dari budaya Indonesia ke luar negeri dengan gambar tersebut. Mereka orang asing akan bertanya, gambar apa tuh? Tgu Monas pun jadi terkenal di kalangan orang asing.
Sedangkan yang terjadi saat ini hanyalah menerima uang saja, pengirim surat mendapat resi kwitansi tanda terima dari petugas pos karena membayar pakai uang tunai. Dan atau juga resi EMS yang bertuliskan jumlah pembayaran biaya pos.
Apa bedanya kalau pakai prangko meter (PM)? Tinggal setting angka saja saat itu, cetak dan tempel pada surat pos ke luar negeri.
Bahkan tambah bagus karena bisa promosi berbagai hal mengenai tanah air Indonesia kepada orang asing di luar Indonesia. Tidak repot, cuma satu PM saja tinggal tempel.
Bagi kalangan pengumpul prangko (stamps collector) atau filatelis, juga ada koleksi khususnya untuk PM tersebut.
Misalnya mengoleksi PM dari puluhan propinsi di Indonesia, pasti menarik sekali karena nama kota lain-lain.
Lebih menguntungkan lagi, karena kolektor prangko biasanya tidak menggunakan prangko, hanya disimpan saja, bisa meminta dibuatkan PM dengan nominal misalnya tanggal lahir dia 15 Desember 2000 maka membeli PM dengan nominal 151200.-
Uang Rp.151.200,- ribu rupiah , yang masuk ke pos berubah menjadi PM dan dibeli serta disimpan filatelis menjadi koleksinya.
Sementara pihak Pos tidak perlu usaha apa pun, tidak perlu antar surat pos dan sebagainya, karena PM tersebut tidak digunakan filatelis. Enak bukan? Pos dapat uang, tetapi tak usah kerja mengantarkan suratpos karena PM tersebut untuk dikoleksi saja.
Artinya, tenaga pos bisa dimanfaatkan untuk tugas lain, apabila berhadapan dengan filatelis yang banyak membeli prangko hanya untuk dikoleksi saja.
Almarhum filatelis Indonesia, Tirtadinata (Thung Kim Tek) pernah mengatakan kepada Tribunnews.com, bahwa Pos sangat diuntungkan.
Tidak ada kerugian apa pun bahkan untung besar kalau semakin banyak prangko terjual kepada filatelis, karena tak perlu kerja lagi tapi sudah dapat duit.
"Jadi Pos harus berterima kasih sekali kepada para filatelis," tekannya.