Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengubah Paradigma Tentang Filateli
Seringkali muncul beberapa paradigma keliru tentang filateli di masyarakat sehingga hobi ini menjadi antara ada dan tiada.
Editor: Dewi Agustina
Oleh Gilang Adittama *)
KEHARUSAN melakukan segala aktivitas di rumah selama pandemi, begitu banyak anak dan remaja di luar Indonesia berkesempatan untuk merasakan bertemu dengan tukang pos untuk mengambil kiriman.
Mereka secara tidak langsung dikenalkan keindahan secarik amplop dengan alamat tujuan dan sebuah karya seni kecil tertempel di pojok kanan atas.
Sebuah sampul surat dengan tempelan satu atau beberapa prangko beserta cap posnya sebetulnya belum menjadi pemandangan asing bagi generasi modern.
Pada binder, wadah pensil, stiker dinding, dan benda-benda lainnya seringkali terdapat desain berupa entire cover atau sampul surat utuh.
Melihat fakta bahwa barang-barang tersebut laku di pasaran, bolehlah kita asumsikan bahwa benda pos belum kehilangan daya pikat magisnya.
Sayangnya, seringkali muncul beberapa paradigma keliru tentang filateli di masyarakat sehingga hobi ini menjadi antara ada dan tiada.
Filateli selalu disebut sebagai the king of hobbies (rajanya segala hobi), namun saat ini apakah sang raja tua masih bertahta di hati rakyat kita? Ataukah singgasana sang raja telah tergantikan oleh gaming chair dan sadel sepeda?
Saat ini tampaknya filateli sudah kalah populer dari game online dan bersepeda.
Hal ini bukan semata–mata karena hobi tersebut memang usang, tetapi juga disebabkan oleh minimnya penggunaan prangko dalam sistem pengeposan di Indonesia.
Di negara-negara selain Indonesia, khususnya Inggris Raya, tradisi penggunaan prangko tidak pernah hilang ataupun berkurang terlepas dari lebih majunya mereka dari Indonesia di bidang teknologi.
Penggunaan prangko tetap dilakukan pada setiap paket barang, surat fisik, ataupun kartu natal selama pengiriman dilakukan dengan jasa pos.
Baca juga: Philanippon 2021, Acara Akbar Bagi Pengumpul Prangko di Jepang Berlangsung 25-30 Agustus 2021
Dengan demikian, anak–anak dan remaja tetap dekat dengan prangko serta benda pos lainnya sehingga tidak tertutup kemungkinan tumbuhnya minat mereka untuk mengoleksinya.
Filateli memang bukan hanya mengumpulkan, tetapi juga mempelajari secara terperinci, bahkan menyusun suatu koleksi besar untuk perlombaan di berbagai tingkatan.