Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mengubah Paradigma Tentang Filateli

Seringkali muncul beberapa paradigma keliru tentang filateli di masyarakat sehingga hobi ini menjadi antara ada dan tiada.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Mengubah Paradigma Tentang Filateli
Foto Gilang Adittama
Tiga generasi kolektor prangko: penulis Gilang Adittama (kiri) termuda, dengan generasi senior (tengah) dan generasi yang lebih muda (kanan). 

Namun, semua tahapan ini dimulai dari menyenangi dan mengumpulkan prangko dari bekas sampul surat.

Jika dibandingkan hobi lainnya, filateli memang lebih superior karena melibatkan begitu banyak aspek; mulai dari pencarian, perawatan, penelitian, pendanaan, sampai persaingan di pameran yang tidak bisa disepelekan.

Bersama dengan frase ‘rajanya segala hobi’, muncul pula frase the hobby of kings karena banyaknya kepala negara yang menjadi penggiatnya.

Sayangnya, label ini seperti membuat filateli menjadi terlalu eksklusif, seolah hobi ini hanya diperuntukkan bagi orang kaya.

Persepsi ini tidak sepenuhnya benar karena kita adalah penentu standar bagi koleksi kita sendiri.

Jika seorang filatelis senang dengan prangko bekas atau cap-cap pos, maka sa-sah saja baginya untuk mengklaim bahwa koleksinya bermutu tinggi asalkan didukung dengan pengetahuan yang memadai.

Prangko dan benda filateli jadi bahan ajar para pelajar Indonesia di beberapa daerah saat ini.
Prangko dan benda filateli jadi bahan ajar para pelajar Indonesia di beberapa daerah saat ini. (Foto Gilang Adittama)

Pada kelas kompetisi di pameran filateli sekalipun, sebuah koleksi dengan banyak barang langka anak dinilai rendah jika tidak didukung dengan keterangan lengkap dari hasil riset.

Berita Rekomendasi

Dalam sistem penjurian resmi dari federasi filateli dunia, alokasi poin untuk aspek rarity (kelangkaan) hanyalah 20 persen.

Aspek-aspek lain seperti pemilihan judul, pengembangan kerangka koleksi, pengembangan tema, inovasi, dan presentasi justru mendapat akumulasi persentase penilaian sampai 80 persen.

Di kelas remaja, bahkan alokasi poin untuk rarity berada pada kisaran 10 persen – 15 persen. 

Bahkan, syarat untuk mendapatkan kualifikasi juri internasional pun hanya medali Large Vermeil yang berarti keunggulan pada aspek rarity atau kepemilikan barang super langka dan mahal bukanlah syarat untuk menjadi seorang juri.

Filateli sebagai hobinya para raja lebih tepat diartikan sebagai hobinya orang-orang berwawasan luas, bermental baja, dan berkomitmen tinggi, bukan hanya berdompet tebal.

Keluhan lain yang sering dikemukakan orang awam adalah bahwa filateli merupakan hobinya para pensiunan dengan banyak uang dan waktu luang.

Baca juga: Warisan Dunia Kastil Himeji Jepang Semangatkan Filatelis Mengoleksi Prangko

Tentu saja ini pun tidak bisa dibenarkan. Kita semua tahu bahwa ada pepatah bijak mengatakan, "Saat muda kau punya waktu luang tapi tak punya uang. Saat dewasa kau punya uang tapi tak punya waktu luang. Saat tua kau punya waktu luang dan uang tetapi tak punya tenaga."

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas