Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Travelling-Musafir, Rindu Pulang Membawa Buah Tangan
Senikmat apapun perjalanan "travelling" namun ia "musafir" akan rindu pulang ke rumah asalnya yang ia tinggalkan.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Saya sudah lama tidak melihat dia, tiba-tiba pada suatu kesempatan saya berjumpa dengan dia di sebuah masjid yang berada di tengah-tengah mall pusat perbelanjaan kebayoran baru.
Rupanya ia baru tiba saja di Jakarta dan mampir ke masjid untuk melakukan sholat, ......"Long time no see", itulah kata-kata yang pertama terlontar dari diri kami saling menanyakan kabar masing-masing.
Setelah saya menerima oleh-oleh yang ia berikan, kamipun mengobrol melepas kangen, dari sekian banyak obrolan kami terdapat satu hikmah, yakni bahwa senikmat apapun perjalanan "travelling" namun ia "musafir" akan rindu pulang ke rumah asalnya yang ia tinggalkan.
Tak berlebihan bahwa seorang musafir yang menjalani perjalanannya "travelling" ibarat seperti seorang manusia dalam menjalani kehidupan di dunianya.
Hal-hal baru ditemuinya, kesenangan dan cobaan dilaluinya, pesona gemerllap dunia ibarat pemandangan indah yang dapat melupakan tujuan utama perjalanan itu sendiri.
Pemandangan indah tersebut dapat dimaknai sebagai gemerlapnya dunia, yang dapat membawa dirinya semakin dekat dengan ketakwaan atau sebaliknya melakukan kufur nikmat menjadi lupa diri akan tujuan awal dalam menjalani kehidupan sehingga berbuat maksiat.
Perhentian musafir dengan bersinggah di tempat peristirahatan dalam rangka menghilangkan lelah dalam perjalanan, ibarat perjalanan hidup keseharian manusia mencari maisah namun tetap menyempatkan dirinya dalam mencari Ridho dan Berkah dari Allah dengan senantiasa beribadah kepada Allah. Sholat, tadarus, bersedakah di jalan Allah dan amal sholeh lainnya yang tidak pernah ia tinggalkan.
Seorang musafir sepulang melakukan travelling berkeinginan untuk membahagiakan sanak saudara nya yang ia tinggalkan, dengan cara membawakan buah tangan atau oleh-oleh untuk diberikan kepada keluarganya.
Seorang Musafir pasti berkeinginan untuk membawakan oleh-oleh terbaiknya.
Hal ini mengisyaratkan bahwa perjalanan hidup seseorang apabila ia akan kembali kepada sang khalik maka hanya amal sholeh kebaikanlah sebagai "oleh-oleh yang akan dibawa pulang ke akherat" agar selamat di akherat kelak dengan mendiami surga jannah-Nya.
Sampai-sampai Rasulullah SAW selalu mengingatkan umatnya untuk menyikapi hidup di dunia ini sebagai ladang berbekal, dan sebaik-baiknya bekal adalah takwa kepada Allah SWT. (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Semoga cukilan di atas memberikan nasehat pribadi penulis sendiri bahwa senikmat-nikmatnya perjalanan hidup di dunia namun apabila sudah waktunya ia akan pulang kembali ke rumahnya "akherat" yakni menghadap Allah, hanya amal ibadah sholeh terbaiklah (ketakwaan) yang akan ia bawa pulang sebagai oleh-oleh atau buah tangan.
Sebagaimana Rasulullah SAW berdoa seusai shalat Subuh. “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima.” (HR al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman, juz II, hlm 284).
Aamiin YRA
Denny Nuryadin
Dosen Ekonomi Islam FEB UHAMKA dan Relawan BAZNAS RI