Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Sambil Menyelam Minum Air, Bakti Penuhi Kebutuhan Infrastruktur Telekomunikasi Para Difabel

Hingga saat ini masih ada 26,5 juta warga yang belum terlayani fasilitas telekomunikasi khususnya 4G, di antara 271 juta penduduk Indonesia.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Sambil Menyelam Minum Air, Bakti Penuhi Kebutuhan Infrastruktur Telekomunikasi Para Difabel
Forbes
Ilustrasi 

Kalaupun ada fasilitas telekomunikasi di beberapa di antaranya, itu masih generasi 2 (2G) atau 3G.

Mengangkat nasib

Dari jumlah 12.548 desa tadi, masih 9.113 masuk golongan 3T dan menjadi sasaran Bakti untuk membangun fasilitas telekomunikasinya, sisanya yang 3.435 desa lainnya di luar 3T, akan dibangun operator seluler, semuanya akan selesai pada 2020.

Bagian untuk operator seluler, infrastrukturnya dibangun Bakti, mereka tinggal mengoperasikannya. Bakti tidak hanya membangun prasarana telekomunikasi, mereka sekaligus mendorong manusia mengubah nasib.

Salah seorangnya, pemuda dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), Migel Arifen Aries Dano (33) atau Miji, yang buta gara-gara ditabok gurunya saat SMA, sempat stres dan kecewa dengan hidupnya.

Tahun 2020 ia ikut pelatihan gratis dari Bakti Kominfo, bagaimana cara menggunakan ponsel, cara berbisnis, e-commerce, dan berjualan dengan ponselnya, dan ia berhasil.

Semula ia hanya melihat di kampungnya Rotendao, ikan kerapu dan kakap dijual murah, padahal di Kupang harganya mahal sekali.

Berita Rekomendasi

Miji pun mencoba membuat ikan asap, lalu menawarkannya di media sosial dengan cara yang ia dapat dari pelatihan, ternyata ikan asapnya laku keras.

Tidak berhenti sampai di situ, ia ajari kawan-kawan sesama penderita cacad (difabel) untuk belajar dan mampu menghidupi dirinya, sejajar dengan orang yang normal.

Sama juga yang dilakukan oleh Echy Pramitasari (29) yang lumpuh kedua kakinya akibat kecelakaan lalu lintas di Lampung ketika sedang imut-imutnya, 17 tahun.

Ia mendirikan organisasi ParaDifa, berupaya mengentaskan mereka yang senasib, memberi harapan hidup normal dengan berbagai pendidikan dan latihan.

Pada 2020, bersama Bakti, Paradifa menyelenggarakan pelatihan untuk 1.790 orang difabel, sebanyak 256 di antaranya dari daerah 3T, yang tidak hanya lumpuh atau secara fisik, tetapi juga difabel sensorik, mental dan intelektual.

Mereka diberi pelatihan dan uji kompetensi TIK, program office, desain, e-commerce, google sheet dan google form.

Apa yang dilakukan Echy diamini oleh Kadiv Perencanaan Strategis Bakti, Yulis Widya Marfiah, yang mengatakan, Bakti menyelenggarakan berbagai pelatihan di sektor pariwisata, kesehatan dan publik, gratis untuk semua.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas