Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pandemi Covid-19 Sebagai Pembuka Jalan Menuju Era Society 5.0
Dengan demikian pemanfaatan teknologi dan informasi menjadi pilihan yang tepat dalam kondisi seperti sekarang ini.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Haris Pertama*
TRIBUNNEWS.COM - Pandemi COVID-19 telah menyebabkan perubahan sosial yang tidak direncanakan.
Perubahan sosial yang terjadi secara sproradis (secara tiba-tiba dn tidak merata) dan tidak dikehendaki.
Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap wabah yang sedang melanda dunia, dengan membatasi diri untuk berinteraksi dengan orang lain namun disisi lain kehidupan harus terus berjalan.
Dalam hal ini pemerintah berpaya untuk memecahkan persoalan yang pelik yang mau tidak mau harus kita lalui sebagai upaya keberlangsungan suatu Negara.
Pemerintah mengeluarkan aturan berupa peraturan Presiden (PP) terkait dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan mulai 10 April 2020.
Dengan demikian pemanfaatan teknologi dan informasi menjadi pilihan yang tepat dalam kondisi seperti sekarang ini.
Baca juga: Menkes Sebut Vaksin Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun Butuh 58,7 Juta Dosis
Keadaan ini mengubah kebiasaan dan kehidupan dalam semua aspek.
Dimana kegiatan peemrintahan dan perusahaan swasta meniadakan kegiatan di kantor.
Semus universitas dan sekolah melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar dari rumah secara virtual.
Begitu juga dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga melalui online shop yang di sediakan oleh perusahaan e-comercee.
Hal ini mengantarkan masyarakat secara tidak langsung untuk membiasakan diri menuju era society 5.0.
Kebutuhan atas ketersediaan teknologi dan informasi saat ini menjadi jalan pembuka konsep revolusi yang dicetuskan oleh Jepang diterapkan di Indonesia.
Dalam Era society 5.0 komponen utamanya adalah manusia, dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri, internet bukan hanya digunakan untuk sekedar berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.
Masyarakat dalam era society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industry 4.0 artinya pada masa society 5.0 manusia dituntut untuk dapat lebih memiliki kemampuan memecahkan masalah kompleks, berfikir kritis, dan kreatif.
Erick Thohir (Menteri BUMN) dalam pemaparannya pernah mengatakan, bahwa saat ini era Society 5.0 menghasilkan banyak transformasi dan disrupsi digital.
Hal ini merupakan suatu peluang, namun juga sebagai ancaman bagi sumber daya manusia khususnya generasi milenial.
“Pada tahun 2005, 10 perusahaan terbesar di dunia merupakan perusahaan yang bergerak pada pengelolaan sumber daya alam, namun saat ini 7 dari 10 perusahaan terbesar di dunia merupakan perusahaan yang berbasis pada teknologi,” ujarnya.
Data ini mengindikasikan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran tren ekonomi, dari berbasis industri menjadi berbasis teknologi digital.
Dan kabar buruknya pandemic membawa kita lebih cepat ke era society 5.0. Indonesia sebagai negara yang berpenduduk padat mendapat bonus demografi pada tahun 2030-2035, dengan kelompok usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif.
Oleh karena itu generasi muda harus dipersiapkan dengan harapan kelak dapat mampu membawa perubahan besar misalnya dengan membuat aplikasi baru sebagai salah satu roda penggerak ekonomi Indonesia.
Mengingat internet user 2020 mencaoai 177,5 juta artinya 64 persen pentrasi nasional, naik 25 juta atau 17 persen dari tahun sebelumnya.
Hal ini membawa angin segar karena jika mengutip laporan Telekomunikasi Internasional (ITU) setiap 10 persen pertumbuhan boardband dapat meningkatkan GDP 1,5 persen.
Untuk itunjika sikapi ndengan cermat tidak selamanya pandemic covid ini membawa dsmpak yang negative, karena dengan keterdesakan keadaan yang mengharuskan segala sesuatu dilakukan secara daring /online dapat mengadaptasi masyarakat, pemerintah, dan kalangan swasta untuk melek teknologi dan informasi digital.
Ditjen Dikti merangkum 5 prospek kerja yang dibutuhkan di era Society 5.0.
Pertama adalah Web Developer yang diperlukan untuk pemasaran produk.
Setiap perusahaan butuh alamat daring berupa website untuk menjangkau konsumen. Sehingga, peran web developer ini penting untuk membuat aplikasi berbasis website dengan bahasa pemrograman.
Perlu diketahui Untuk menjadi web developer maka kita perlu mempelajari front-end, back-end developer, HTML dan CSS.
Kedua App Developer. Profesi ini diperlukan untuk menciptakan aplikasi untuk menunjang kemudahan para konsumen di masing-masing ponsel atau gadget. Untuk menjadi seorang app developer maka harus memiliki kemampuan algoritma dan logika pemrograman.
Ketiga Search Engine Optimisation (SEO) Specialist yang bertanggung jawab untuk selalu mengupdate perkembangan informasi mengenai algoritma Google yang intens diperbarui.
Selain itu mereka juga bertugas untuk mengoptimalkan website sehingga mampu berada di posisi teratas di halaman pertama Google.
Keempat adalah Content Creator yakni pekerjaan yang membutuhkan kemampuan soft skill yakni kreativitas dan inovasi untuk menciptakan konten menarik.
Mereka yang akan diberi tugas untuk membuat orang terpengaruh untuk membeli atau menggunakan produk.
Jenis pekerjaan terakhir atau yang kelima dibutuhkan di era Society 5.0 adalah Social Media Specialist.
Hampir setiap orang saat ini memiliki media sosial. Itulah yang dimanfaatkan perusahaan sebagai promosi dan mendapatkan konsumen melalui media sosial.
*Haris Pertama: Mahasiswa Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya.