Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kisah VOC dan Janji Doni Monardo Pada Ganjar Pranowo
Ketum PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo melempar senyum ke arah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Editor: Wahyu Aji
“Tidak ada orang sejahtera tanpa melalui usaha. Beda lagi kalau dapat warisan,” ujar Doni.
Sebagai prajurit maupun ASN, tidak akan bisa menjadi kaya dengan mengandalkan gaji. Karena itu, waktu yang tersedia pasca pensiun harus dimaksimalkan. Harus berbuat sesuatu utnuk diri kita, keluarga, lalu membantu masyarakat di sekitar kita. “Saya yakin tidak sulit. PPAD di daerah harus ditata, diisi orang-orang yang kompeten di bidang ekonomi, sebab kita sadar tidak semua orang punya bakat dagang,” imbuhnya.
Setidaknya, bekal sebagai prajurit yang terlatih, memberi ruang yang baik dalam usaha. Ruang itu berupa modal disiplin, kejujuran, dan kepercayaan. Ini sangat penting untuk menggerakkan spirit entrepreneurship ke depan.
“Bayangkan saja, tidak sedikit prajurit TNI yang belum punya rumah. Sampai-sampai setelah pensiun, masih menempati rumah dinas. Akhirnya disuruh pergi. Kita sangat sering mendengar berita seperti itu,” kata Doni prihatin.
PPAD sudah menjalin kerjasama dengan pihak bank. Sangat dimungkinkan untuk pembiayaan sektor perumahan bagi pensiunan yang belum memiliki rumah. Apalagi, PPAD memiliki organ binaan, Hipakad (Himpunan Putra-Putri Keluarga Angkatan Darat).
Demikian juga sektor kesehatan. Anggaran pemerintah tidak akan cukup, karena tidak semua dicover asuransi. Dengan adanya unit-unit usaha di lingkungan PPAD provinsi, kabupaten/kota diharap mampu memberi layanan kesehatan kepada anggota. “Itu cita-cita kita ke depan. Rumah dan kesehatan, menjadi prioritas,” tegasnya.
Potensi Kayu
Jawa Tengah adalah provinsi yang sangat potensial. Dengan jumlah penduduk sekitar 40 juta, ditambah banyak industri besar, sudah seharusnya Hipakad bersama PPAD mulai membuka pasar. Ia memberi contoh tentang potensi kayu.
Ekspor produk kayu Indonesia masih sangat kecil. International Trade Center (ITC) menyebut angka 142 miliar dollar AS potensi dari industri kayu. Selama ini, negara-negara Skandinavia yang paling banyak memanfaatkan peluang tersebut. “Negara-negara semenanjung Skandinavia, seperti Finlandia, Islandia, Swedia, Denmark, dan Norwegia adalah negara-negara yang kaya raya karena kayu. Tingkat kebahagiaan masyarakat Skandinavia juga sangat tinggi. Selain kayu, mereka juga pengekspor ikan salmon,” tutur Doni.
Untuk diketahui, kayu-kayu di Skandinavia baru bisa dipanen setelah 40 tahun. Akan tetapi, mereka sudah merintisnya sejak ratusan tahun lalu, dan dilestarikan hingga hari ini. Industri kayu di Skandinavia bahkan sudah menjadi bisnis keluarga turun-temurun. “Pengalaman tugas di Paspampres dari Dan Grup A hingga Dan Paspampres, memberi kesempatan saya melihat dari dekat, betapa pemanfaatan lahan yang baik dan benar bisa memberi ruang kesejahteraan bagi rakyat,” ujar Doni.
Ia bahkan menganalogikan bangsa kita dua kali “dijajah” Swedia. Tahun 70-an, Swedia “menjajah” Indonesia dengan mobil-mobil Volvo. Lalu era 2000-an, Swedia kembali “menjajah” lewat produk-produk furniture Ikea. “Padahal dulu kita punya Ligna, yang iklannya ‘kalau sudah duduk lupa berdiri’. Sekarang Ligna di mana?” tanya Doni.
Menurut Doni, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar di bidang perkayuan, khsusnya Jawa Tengah yang terkenal dengan industri kayu ringan. “Kami berkunjung ke Solo, salah satu produsen produk kayu. Mereka menerima berapa pun produk kayu ringan. Di sisi lain, pohon sengon sangat tubuh di bumi Jawa Tengah. PPAD harus bisa memanfaatkan peluang ini. PPAD Pusat bersama Sampoerna Kayu akan menyiapkan bibit yang berkualitas,” katanya.
Indonesia sebenarnya penghasil kayu terbesr di dunia, karena punya hutan tropis yang sangat besar, sangat variatif, ada begitu banyak jenis kayu yang punya nilai ekonokmi tinggi. Kayu-kayu yang mahal harganya itu antara lain ulin, merbau, meranti, ebony, bitti, dan lain-lain. Sebagian jenis kayu itu nyaris punah. Antara lain ebony.
Untuk kayu jangka pendek, ada jabon, sengon, yang tumbuh singkat dan bisa panen dalam waktu lima sampai enam tahun. “Pemerintah dan dunia usaha harus mendapat dukungan dari purnawirawan, supaya kita bisa bersatu meningkatkan ekonomi masyarakat,” tandas Doni.