Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kisah Insipiratif Kopi Kapal Api: karena 'Gila' Akhirnya Bisa Mendunia

Ternyata di balik kesuksesan kopi kapal api ada sosok yang nekad dan "gila", seorang mantan supir bemo.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Kisah Insipiratif Kopi Kapal Api: karena 'Gila' Akhirnya Bisa Mendunia
Ist
Dari kika: Letjen Pur AM Putranto, Letjen Purn Dr HC Doni Monardo dan Soedomo Founder Kapal Api. 

TRIBUNNERS - Pernah dengar merek kopi kapal api? Pernah minum kopi kapal api?

Ternyata di balik kesuksesan kopi kapal api ada sosok yang nekat dan "gila", seorang mantan supir bemo.

Adalah kopi Kapal Api, yang menjelma menjadi penguasa pasar melalui kerja keras dan kerja konsisten.

“Arek Sempel”

Soedomo Mergonoto, CEO PT Kapal Api Global pernah dituding sebagai “arek sempel” ketika tahun 1982 nekad mengimpor mesin roasting kopi seharga Rp 137 juta, sementara alat kopi lokal bisa didapat dengan harga Rp 1,7 juta saja.

Tapi itu kisah di paruh tengah perjalanan perjuangan kopi kapal api.

Kapal Api adalah bisnis kopi rumahan yang dikelola orang tua Soedomo, yaitu Go Soe Loet dan Poo Guan Cuan, sejak tahun 1927.

Baca juga: Kisah Taruna Doni Monardo Bertemu Pelatihnya saat di Akmil 37 Tahun Lalu

Berita Rekomendasi

Itu artinya, cikal-bakal kopi kapal api sudah ada sejak zaman penjajahan. Zaman Indonesia masih dikuasai Belanda, dan bernama Hindia Belanda.

Anda mungkin bertanya ihwal nama “Kapal Api” yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kopi. Mirip-mirip Djarum yang tidak ada sangkut pautnya dengan rokok.

Begini kisahnya. Adalah ayah Soedomo, Go Soe Loet yang menentukan nama “Kapal Api” sebagai “brand” produk kopi rumahan, saat itu (1927).

Rupanya, nama itu erat dengan kenangan alat transportasi yang digunakan pria asal Fujian, China itu saat berlayar sampai di Indonesia.

Go Soe Loet dan dua saudaranya naik kapal api ke Hindia Belanda tahun 20-an.


Ia memulai usaha kopi itu dilakukan di rumahnya yang tidak terlalu besar, hanya berukuran 7 x 70 meter di daerah pecinan, Jl. Panggung, Surabaya.

Jika Anda ke Jalan Panggung hari ini, suasanya sudah sangat bagus.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas