Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Crazy Rich, Sultan dan Rutan
Jangan sampai kita crazy but not rich dan ganti profesi dari julukan sultan ke penghuni rutan!
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Oleh Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa
TRIBUNNEWS.COM - "Orang yang foto bersama Bapak itu Crazy Rich lho," ujar seorang sahabat lama yang tiba-tiba mengirimkan WA.
Saya bingung karena saya merasa tidak pernah memasang foto itu di media sosial saya belakangan ini.
Selama pandemi, saya hanya mengunggah video tiga menitan yang saya sebut Merenung Tiga Menit alias Me Time baik di TikTok maupun instagram saya.
Rupanya, sahabat saya itu yang oleh rekan disebut Crazy Rich mengunggah foto kami di instastory-nya.
Itu pun foto tiga tahun yang lalu.
Baca juga: Waspada, Tipu Daya Crazy Rich di Bisnis Kripto Memanfaatkan Kepolosan Investor Newbies
Crazy Rich
Istilah ini makin populer saja. Ada tiga film dua di antaranya dokumenter yang mengangkat kisah orang-orang kaya ini.
Dimulai dengan film berjudul Crazy Rich Asian.
Film yang sudah diputar sejak 2018 dan diputar kembali di Netflix 18 Maret lalu, mengisahkan kisah cinta yang menarik antara Rachel Chu (diperankan dengan apik oleh Constance Wu) seorang dosen di New York University dengan Nick Young (dimainkan tak kalah apiknya oleh Henry Golding).
Rachel tidak tahu bahwa cowok yang dipacarinya ini adalah anak keluarga konglomerat Singapura.
Baru pada saat diajak ke kota singa oleh kekasihnya itu, dia menyadari betapa dalamnya jurang yang memisahkan mereka secara ekonomi.
Nick Young adalah putra kesayangan taipan beneran sementara Rachel Chu adalah warga masyarakat kebanyakan dari ibu tunggal yang penuh perjuangan.
Film ini segera menyedot berbagai macam komentar positif dan mendapatkan berbagai penghargaan.
Masyarakat kebanyakan memimpikan hal serupa: ingin menjadi kaya mendadak atau dinikahi oleh keluarga pangeran yang Kaya Tujuh Turunan (judul novel versi Indonesia dari karya Kevin Kwan yang sudah terbit sejak 2013 dengan judul Crazy Rich Asian).
Sultan
Ketika menemani anak saya membeli makanan anjing, iseng-iseng saya tunjukkan foto kucing milik seorang teman kepada pramuniaga.
Wah, itu kucing sultan, Pak, ujarnya sambil menyiapkan pesanan anak saya.
Matanya tajam karena kucing milik rekan saya itu berharga lebih dari seratus lima puluh juta.
Apa yang penjual katakan merupakan fenomena masa kini saat orang latah memanggil orang yang tampak kaya sebagai sultan.
Lihat saja betapa ramainya kata ini dipakai untuk menjuluki orang kaya yang suka memamerkan kekayaannya di media sosial mereka, khususnya intagram dan TikTok.
Apakah mereka benar-benar sultan? Seorang YouTuber asal Medan dengan sinis menyindir seorang TikToker yang sering berkomentar terhadap barang mahal yang dibeli dengan ucapan, Murah banget dengan berkata, Sultan beneran tidak suka pamer!
Rutan
Dua film dokumenter yang saya saksikan di Netflix The Tinder Swindler menceritakan orang-orang yang menyamar dirinya sebagai Crazy Rich dengan kehidupan ala sultan.
Pertama adalah Simon Leviev. Mengaku sebagai The Prince of Diamond, yaitu putra mahkota The King of Diamond, Simon memasang di aplikasi jodoh Tinder berbagai aktivitasnya yang super mewah.
Bak taipan, dia bepergian pakai jet dan pengawal pribadi, pesta dengan kalangan jet set di resort dan venue super mewah, sampai liburan di tempat-tempat eksotis di dunia.
Aksi flexing-nya itu dengan segera mendapatkan mangsa.
Banyak perempuan khususnya Eropa yang tertipu dengan penampilan glamournya itu, meskipun hanya one night stand.
Ternyata gaya hidup mewah Shimon Yuhuda Hayutnama aslinya dibayari justru oleh para wanita yang kesengsem dengannya dengan janji uangnya akan segera diganti.
Kisah berakhir dengan masuknya Sang Pangeran palsu ini ke penjara.
Film kedua yang saya saksikan bersama istri berjudul Inventing Anna.
Seperti Simon Leviev, Anna Delvey berlagak sebagai putri bangsawan Jerman kelahiran Rusia yang hijrah ke New York untuk memulai debutnya.
Dengan menipu banyak kalangan atas mulai bankir, personal trainer sampai seniman Anna Sorokin demikian nama aslinya, berhasil meraup uang jutaan dolar.
Seperti The Tinder Swindler, karena dilaporkan oleh orang yang ditipunya, Anna dijebak dan dijebloskan ke rumah tahanan.
Rupanya rutan memang akhir dari petualangan orang yang suka mengaku dianggap dan dijuluki sultan.
Real Rich dan Sultan Beneran
Sebelum menulis kolom ini, saya dinner bersama pasutri yang meskipun kaya raya tetap menjalani hidup dengan sederhana.
Mereka tidak pernah memamerkan kekayaannya. Di sikon seperti ini, untuk apa sih pamer, ujar sang istri.
Bukankah tindakan ini justru menimbulkan kecemburuan sosial?
Sang suami, yang berpenampilan sederhana, menimpali dengan senyuman.
Jika Crazy Rich suka memamerkan rumah-rumah mewahnya, bapak yang punya apartemen (bukan satu atau beberapa unit, tetapi tower ini) lebih senang membicarakan kerja kerasnya daripada pencapaiannya.
Ketimbang petentang petenteng ke sana kemari memamerkan sport car, outfit dan kartu kredit tanpa limit, pengusaha lama ini justru mewujud-nyatakan semboyan Ki Hadjar Dewartara: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, di belakang memberikan dukungan moral).
Ucapan Santai Rudy Salim dan Ujaran Bijak Sunan Kalijaga
Pemilik showroom Prestige Motorcars, Rudy Salim, ikut diperiksa polisi karena pernah menjual beberapa mobil mewahseperti Tesla, BMW, Ferrari, Lamborghini dan Roll-Royce kepada afiliator yang ditangkap dan ditahan polisi gara-gara mempromosikan binary option.
Rudy, tentu saja hanya jadi saksi, karena dia menjual mobil secara sah.
Saat ditanya wartawan, pengusaha sukses yang masih berusia 34 tahun ini berkata,
"Saya kira YouTuber atau influencer keren. Nggak tahunya begitu kan."
Ucapan Rudy selanjutnya patut kita simak karena bijak, Selalu pamer kemewahan kan.
Dia kayaknya belum pernah ketemu konglomerat beneran.
Kita semua bisa menebak arah ucapan Rudy Salim.
Jika para sultan dadakan itu ketemu konglomerat atau orang-orang super rich sesungguhnya, mereka bisa jadi malu atau minder karena walaupun kekayaan mereka jauh lebih besar mereka tidak pernah omong besar.
Ucapan Rudy ini mengingatkan saya akan ujaran bijak Sunan Kalijaga: Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman.
Kita memang seharusnya tidak mudah kagum dengan apa saja yang too good to be true, tidak mudah menyesal, tidak mudah terkaget-kaget, dan tidak mudah kolokan, manja, apalagi baperan).
Lebih baik, ojo dumeh alias mentang-mentang!
Jangan sampai kita crazy but not rich dan ganti profesi dari julukan sultan ke penghuni rutan!
(*)