Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Salam Haru Camat "Susah" Kepada Semua Pimpinan TNI
Kisah Susanto, Camat Enggano, Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu yang antusiasi sambut rombongan Doni Monardo
Editor: Theresia Felisiani
Catatan Perjalanan Egy Massadiah (Bag 4 - Selesai)
TRIBUNNERS - Nama aslinya Susah. Ya, “SUSAH” adalah nama lahir Camat Enggano, Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. "Saya lahir di zaman susah, zaman serba sulit, kehidupan orang tua saya sangat susah," kenang Pak Susah, eh Susanto.
Karena satu dan lain hal, sejak SMP ia ubah nama itu menjadi Susanto. Mengapa bukan Susahto? Jawabnya, tetap saja susah. Setidaknya susah diucap lidah.
Kami anggota rombongan Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo terpingkal tawa mendengar kisah camat yang satu ini.
Baca juga: Catatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022: Mengubah Hari Menjadi Gerakan
Sejak awal menyambut di bandara Enggano, Susanto menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Telisik punya telisik, ternyata ada rasa antusias, haru sekaligus bangga didatangi mantan komandan jenderal Kopassus itu.
Begini ceritanya. Putra kebanggaannya, Try Febriansyah adalah prajurit baret merah. Lulus Bintara tahun 2016. Terhitung mulai tanggal 1 April 2022 pangkatnya sudah Sersan Satu (Sertu). Febriansyah berdinas di Grup 3/Kopassus (Sandhi Yudha) bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.
Saat mengisahkan tentang Febri, begitu camat Susanto memanggil putranya, ia sungguh sangat antusias. Susanto bercerita betapa semangat dan heroiknya sang putra sejak bertekad mengabdi menjadi prajurit pagar bangsa.
“Waktu itu ia sudah diterima jadi bintara, lalu mengikuti seleksi masuk Kopassus. Ia mengucap nazar, jika diterima menjadi pasukan Komando, ia akan pulang ke rumah jalan kaki dari Bandara Fatmawati Soekarno ke rumahnya di Pagar Dewa, Kota Bengkulu, yang berjarak sekitar 6 km. Dan itu ia tepati,” kisah Susanto.
Patungan Jalan Rusak
Bicara Bengkulu, Susanto memang sebelumnya mukim di sana. “Waktu itu saya guru di Bengkulu. Kemudian pindah tugas ke Enggano. Dan baru Januari 2022 saya dilantik menjadi Camat Enggano,” ujar Susanto.
Saat berpidato di hadapan Doni Monardo dan para undangan, Camat Susanto bahkan tak kuasa menyembunyikan rasa haru dan terima kasihnya. Suaranya bergetar. Airmatanya menggenang. Terutama karena ia merasa putra-putra Enggano mendapat kemudahan menjadi prajurit TNI.
“Pak Doni, saya bersama semua masyarakat Enggano, tolong titip sampaikan ucapan terima kasih kami kepada Bapak Panglima TNI, Bapak Kasad, pokoknya kepada semua bapak bapak pimpinan TNI yang telah memberi kesempatan anak anak Enggano masuk TNI. Mereka telah menjadi abdi negara yang tidak akan pernah melupakan daerahnya,” kata Susanto penuh haru.
Susanto mengisahkan, baru-baru ini sekitar 25 prajurit TNI-AD asal Enggano dari berbagai kesatuan berpatungan. Mereka rata-rata dari golongan tamtama dan bintara. Jangan berbicara berapa jumlah gaji prajurit TNI dengan pangkat kopral hingga sersan. Toh, mereka berinisiatif patungan hingga terhimpun dana sebesar Rp 5 juta. Dana itu kemudian disumbangkan kepada Pemerintah Kecamatan Enggano untuk membantu perbaikan jalan rusak.
Sebuah banner sampai sekarang terpasang kokoh di kantor kecamatan. Banner ukuran sekitar 2,5 meter kali 1 meter itu bertuliskan: Salam Hormat “Yauwaika”, Kami Putra-putra Pulau Enggano Prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dari Berbagai Satuan Terpanggil Menyumbang Kegiatan Memperbaiki Jalan Rusak Sebesar Rp 5.000.000. NKRI Harga Mati, Semoga Indonesia Tetap Jaya, Sejahtera Pulau Enggano. Enggano, 02 April 2022”.