Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Amy Atmanto: Artificial Intelligence Tidak Akan Pernah Ambil Alih Tugas Jurnalis
PWI Jaya dan Universitas Mercu Buana menggelar kegiatan bersama berupa Seminar Kuliah Tamu di Universitas Mercua Buana Jakarta Barat.
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Amy Atmanto, Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DKI Jakarta (PWI Jaya) Bidang Antar Lembaga yang juga Desainer dan Pemerhati Jurnalisme Digital mengatakan, Robot Jurnalism yang merupakan wujud Artificial Intelligence (AI) alias kecerdasan buatan didefinisikan sebagai ilmu dan rekayasa pembuatan mesin cerdas, yang melibatkan mekanisme untuk menjalankan suatu tugas menggunakan komputer.
"AI merupakan sebuah teknologi yang memungkinkan komputer, perangkat lunak, dan robot, untuk ‘berpikir’ cerdas layaknya manusia," ungkap Amy Atmanto mengutip Stanford Computer Science saat menjadi pembicara dalam Seminar Kuliah Tamu bertajuk 'Robot Journalist Sebagai Tantangan Broadcaster Muda' yang digelar di Gedung Multi Media Kampus Universitas Mercu Buana Jalan Meruya Selatan, Jakarta Barat, Rabu (15/6/2022).
Dalam seminar yang merupakan kerjasama PWI Jaya dan Universitas Mercu Buana ini, Amy Atmanto menjelaskan bahwa AI dipakai untuk bekerja taktis dengan zero mistake. Saat ini, AI melalui ragam jenis robot dan mesin sudah hadir di dunia industri (manufacturing) lalu mendepak ribuan pekerja manusia dari pabrik
“AI kemudian tidak hanya hadir di manufaktur tapi juga masuk ke jurnalisme, ranah yang selama ini identik dengan kemampuan berpikir kritis, logika, dan kepiawaian menulis,” jelas Amy Atmanto.
Lantas, apakah robot akan mengambil alih jurnalisme? “Tidak akan pernah,” tutur Amy Atmanto mengutip ucapan Charlie Beckett, Direktur media think tank Polis di London School of Economics, yang baru-baru ini memimpin penelitian terhadap 71 organisasi berita di 32 negara.
Amy Atmanto dalam seminar yang dipandu oleh Ridho Azlam Ambo Asse, Sekretaris Bidang Studi Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi UMB ini mengungkapkan, laporan penelitian tim Beckett menunjukkan bahwa ruang redaksi umumnya menggunakan AI dalam tiga bidang yaitu pengumpulan berita, produksi, dan distribusi.
Beckett dikatakan Amy Atmanto melihat potensi kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan pemrosesan data dapat dimanfaatkan jurnalis sebagai kekuatan baru.
Namun demikian, 'kekuatan baru' tersebut membuahkan tanggung jawab baru bagi jurnalis untuk memastikan kebenaran data tersebut.
JURNALISME MASA DEPAN
Gary Cameron dari Reuters diakui Amy Atmanto menyatakan jurnalis manusia tetap dibutuhkan untuk membuat template naskah. Jurnalis manusia juga dibutuhkan karena memiliki 'rasa' untuk memilih diksi yang tepat dan sesuai konteks. Hal yang tak bisa dilakukan robot atau komputer.
"Ada beberapa aktivitas jurnalisme yang tetap membutuhkan eksistensi jurnalis manusia. Hubungan dengan Narasumber di mana Jurnalis manusia terampil dalam mengembangkan hubungan dengan narasumber untuk menggali lebih banyak informasi semua hal yang tidak bisa dilakukan AI," ujar Amy Atmanto.
Arti lain, kata Amy Atmanto adalah adaptasi dengan media sosial yang berarti Platform media sosial juga membentuk tren dalam jurnalisme, karena semakin banyak ruang redaksi yang menggunakan Facebook dan Twitter untuk menyampaikan berita secara real time.
"Jurnalisme Merek merupakan paduan komunikasi korporat, hubungan masyarakat, dan pemasaran konten. Bentuknya berupa blog, artikel online, dan unggahan media sosial berisi hal positif seputar perusahaan/ produk demi membangkitkan kesukaan terhadap merek tersebut," tutur Amy Atmanto.
Selain itu dikatakan Amy Atmanto, dibutuhkan jurnalis atau manusia untuk melaporkan langsung dari lokasi.
"Mengabarkan setiap perkembangan secara intens, sekaligus bergerak mencari sidebar informasi untuk mempertajam analisis," ujar Amy Atmanto.
Seminar Kuliah Tamu bertajuk 'Robot Journalist Sebagai Tantangan Broadcaster Muda' itu juga dihadiri oleh Ketua PWI DKI Jakarta, Sayid Iskandarsyah dan Wakil Ketua PWI Jaya Bidang Pendidikan, Budi Nugraha serta Ketua Program Studi Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, Dr. Suraya Muflihun, M.Si, Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Riki Arsendi dan Wakil Kepala Biro Humas, Dudi Hartono.