Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menggerakkan Sumber Inovator Nasional Berbasis Neuroleadership
NeuroLeadership merupakan ilmu yang menggabungkan kepemimpinan dan fungsi otak. Seperti halnya otak yang tercipta sebagai penentu kebijakan
Editor: Sanusi
oleh Ketua Konsil Kedokteran KKI & Direktur IAMRA Prof. Dr. Taruna Ikrar
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia merupakan Negara yang sangat besar dengan luas wilayah yang membentang dari antara dua samudera (Samudara Pasifik dan Hindia) serta berada diantara dua benua (Benua Asia dan Australia) dan terdiri dari lebih 17ribuan pulau, dan didiami oleh ratusan etnis atau suku yang berbicara dalam banyak bahasa yang berbeda-beda.
Demokrasi Indonesia saat ini berada dalam tahap perkembangan yang positif dan layak diapresiasi. Pendapat ini merujuk beberapa realitas politik seperti pelaksanaan pemilu yang demikian berkembang mulai pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan akhirnya pada tingkat nasional, yang berlangsung relatif aman dan terkendali, tanpa menimbulkan gejolak atau kekerasan dan tidak membawa kekacauan.
Selanjutnya dari segi ekonomi, juga mengalami kemajuan yang luarbiasa. Bahkan Indonesia akan menjadi perekonomian keempat terbesar dunia pada 2050, melonjak dari posisi kedelapan pada 2016. Sebelum sampai pada posisi itu, Indonesia akan berada pada posisi kelima pada 2030.
Baca juga: Neuroleadership Forum ke-6, Bahas Upaya Mengembalikan Stabilitas Ekonomi Nasional
Prediksi ini ditulis oleh satu perusahaan konsultan terkemuka dunia, Price Waterhouse Coopers (PWC), yang antara lain mengutip data dari Dana Moneter Internasional (IMF). Menurut PWC, pada 2016 Produk Domestic Bruto (PDB) Indonesia tercatat sebesar US$3 triliun, dan akan melonjak menjadi US$5,4 triliun pada 2030 dan US$10,5 triliun pada 2050.
Pada 2030 perekonomian Indonesia akan menggeser posisi Rusia dan Brazil, dan pada 2050 akan menggeser posisi Jepang. Tiga negara yang akan lebih besar dari Indonesia berturut-turut adalah China, India, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Woman in Leadership: Inspirasi dari Pemimpin Wanita berbasis NeuroLeadership
Baik dari segi demokrasi dan ekonomi, demikian pula dalam semua sektor kemajuan Indonesia, sangat ditentukan oleh kepemimpinan. Kepemimpinan diharapkan berasal dari Kampus, karena kampus melahirkan para sarjana, para master, doctor yang maha terpelejar.
Untuk menggapai kemajuan pesat tersebut dibutuhkan pemimpin yang hebat yang berasal dari kampus, dari universitas. Artinya para pemimpin yang hebat ini, karena dilandasi kemampuan ilmu pengetahuan, teknologi dan profesionalisme, serta ketulusan dalam mengawal pembangunan, menggapai Indonesia yang dicita-citakan. Kepemimpinan Inovator Nasional tersebut, dapat dilihat dalam perpektif neurosains yang disebut Neuroleadership.
Baca juga: Menteri Agama dan Sejumlah Tokoh Jadi Pembicara dalam Diskusi yang Digelar Neuroleadership
Sumber Inovator kampus dan Aplikasi Neuroleadership
Leadership diibaratkan seperti sebuah kelompok dalam perjalanan yang membutuhkan komando. Kemudian muncul salah seorang yang berinisiatif melakukan rekayasa dan diikuti oleh yang lain. Banyak orang beranggapan bahwa kepemimpinan adalah sebuah seni yang membutuhkan keterampilan khusus. Keterampilan tersebut dapat berupa kemampuan untuk mengelola sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dengan demikian seorang pemimpin akan dapat menentukan arah yang tepat dan bertanggung jawab atas apa yang ia putuskan.
NeuroLeadership merupakan ilmu yang menggabungkan kepemimpinan dan fungsi otak. Seperti halnya otak yang tercipta sebagai penentu kebijakan, seperti itu pula otak akan dimintai pertanggungjawaban. Leadership membentuk tanggung jawab dari proses pengambilan keputusan.
Dalam proses pengambilan keputusan, terjadi berbagai gejolak emosi merupakan proses interaksi yang amat menarik di otak. Tentu ada risiko baik dan buruk, namun yang lebih penting dari itu adalah ke mana kepemimpinan itu bermuara. Pada akhirnya kepemimpinan adalah bentuk pertanggungjawaban dunia dan akhirat.
Proses pengambilan keputusan itu secara sistematis bermula dari otak tengah yang terstimulasi ke otak depan, kemudian dari otak depan muncul kebijakan yang diteruskan menuju otak belakang. Yang diharapkan dari proses ini adalah munculnya kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Pertanyaannya, bagaimana caranya agar win-win solution itu tercapai?
Dibutuhkan kepekaan pemimpin dalam melakukan analisis sebelum mengambil keputusan. Kepekaan itu didasarkan atas berbagai variabel: apakah ini yang dibutuhkan, apakah ini yang diharapkan banyak orang, apakah ini baik untuk organisasi, apakah ini bermanfaat, serta apa risiko dari keputusan ini?