Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tali Kasih Alumni SMA 78 Jakarta Untuk Korban Pergerakan Tanah di Bogor
SMA 78 Jakarta angkatan 85 dikatakan Erlin Febriani merasa terpanggil atas musibah tanah bergerak yang dialami warga terdampak.
Editor: Toni Bramantoro
ALUMNI SMA 78 Kemanggisan Jakarta Barat angkatan 85, berikan bantuan kepada 200 Kepala Keluarga (KK) Korban terdampak pergeseran tanah di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan, Kabupaten Bogor, Kamis (22/9/2022).
Ketua alumni SMA 78 Jakarta angkatan 85, Erlin Febriani mengatakan, bantuan tersebut didapat dari donasi yang dikumpulkan dari para alumni sekolah tersebut.
SMA 78 Jakarta Angkatan 85 dikatakan Erlin Febriani merasa terpanggil atas musibah tanah bergerak yang dialami warga terdampak. Sumbangan ini sekadar untuk meringankan beban.
Tokoh masyarakat setempat, Ace Hermawan tokoh menghaturkan rasa terimakasihnya atas kepedulian para alumni SMA 78 tersebut.
Sumbangan ini sedikit banyak meringankan beban dari warganya yang terdampak tanah bergerak, kata Ace Hermawan.
Pergerakan tanah ini, kata Ace sudah yang ketiga kalinya dalam sejarah Desa Bojong Koneng.
Pertama tahun 1987 kemudian yang kedua 2007 dan yang ketiga sekrang. Pergerakan tanah yang ketiga kali ini sangat parah dibanding yang lalu.
Pergerakannya, lanjut Ace, sangat halus usai dilanda hujan deras selama tiga hari.
Warga banyak yang menyaksikan jalan coran semen perlahan lahan bunyi gemeretak, karena bergeraknya perlahan jadi warga waspada sehingga tidak ada korban.
Sementara itu, Suharno, pemilik Kafe Sawah Segar yang bangunannya diporak porandakan bencana ini mengatakan, dirinya mengalami kerugian ratusan juta rupiah.
Bangunan kafe yang menyediakan makanan khusus betawi seperti gabus pucung, pecak gurame dan soto betawi milik Harno itu baru dua tahun berdiri.
Harno mengungkapkan, sebanyak 28 karyawannya saat ini terpaksa harus menganggur karena tak adanya pekerjaan yang bisa dilakukan.
Harno yang merupakan mantan karyawan KONI Pusat itu harus menunggu kepastian dari Pemda setempat apakah boleh dibangun kembali atau tidak.