Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Gerakan Spiritual Said Nursi sebagai Respon atas Sekularisme di Turki

Nama kecilnya hanya Said Nursi. Sedangkan gelarnya sebagai Badi’uszaman baru dia dapatkan setelah lulus dari pendidikan di kampungnya, Nurs

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Gerakan Spiritual Said Nursi sebagai Respon atas Sekularisme di Turki
Dokumen Pribadi KH. Imam Jazuli.
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat, KH. Imam Jazuli, bersama dengan Hj. Malika Lulu, S.Psy, di Hagia shofia, Turki, Kamis (5/1/2023). 

Gerakan Spiritual Said Nursi sebagai Respon atas Sekularisme di Turki 

Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli, Lc. MA.*

TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Sekularisasi Mustafa Kemal Ataturk mengubah hampir seluruh tatanan sosial, politik, dan keagamaan di Turki. Jejak-jejak kekhilafahan Turki Usmani dibumihanguskan dari hati dan pikiran orang-orang.

Namun begitu, selalu ada tokoh pembaharu berikutnya yang melakukan gerakan perlawanan terhadap sekularisme Kemal Ataturk. Dia adalah Badi'uszaman Said Nursi, kelahiran Vilayet Bitlis, Turki, tahun 1877.

Nama kecilnya hanya Said Nursi. Sedangkan gelarnya sebagai Badi’uszaman baru dia dapatkan setelah lulus dari pendidikan di kampungnya, Nurs, dekat Hizan, di Bitlis Vilayet, Turki Usmani. Makna gelar Badi'uszaman ini berarti orang yang paling unik dan superior sepanjang masa itu.

Setelah keilmuan Said Nursi cukup matang, ia pun diundang oleh gubernur Vilayet of Van, untuk tinggal di tempatnya dan mempelajari koleksi perpustakaan pribadi sang gubernur.

Sejak itu, Said Nursi mampu mengakses berbagai arsip pengetahuan yang tidak pernah ia temukan sebelumnya. Bahkan, ia mulai mempelajari bahasa Turki Usmani dan ingin melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi di Provinsi Timur Turki Usmani (Şükran Vahide, Bediuzzaman Said Nursi. Islamic Book Trust, 2011: 28).

Baca juga: Era Kebangkitan Turki Usmani dan Kejayaan Islam Global

Berita Rekomendasi

Di kalangan pengikutnya, Sa'id Nursi dikenal sebagai Teolog dari aliran Sunni berkebangsaan Kurdi. Ia menulis tafsir al-Qur'an setelah enam ribu halaman berjudul "Risale-i Nur". Koleksi tafsir inilah yang banyak mendasari gerakan sosial keagamaan murid-muridnya.

Said Nursi memiliki pemikiran dasar bahwa ilmu pengetahuan modern dan logika adalah jalan manusia di masa depan. Sains dan logika tidak bisa lagi ditaklukkan oleh siapapun di masa depan.

Untuk itulah, Said Nursi mengajar ilmu pengetahuan agama di sekolah-sekolah sekuler dan mengajarkan ilmu pengetahuan modern di sekolah-sekolah keagamaan (Gerhard Böwering, etc., The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought, 2012: 482).

Apa yang diyakini dan dilakukan oleh Said Nursi menginspirasi banyak murid-muridnya. Mereka mengembangkan gerakan masing-masing yang memainkan peranan vital di Turki Modern, yang sekarang sudah memiliki pengikut berjuta-juta di seluruh dunia.

Beberapa gerakan yang digawangi murid-murid Said Nursi dikenal sebagai "Nur Cemaati" atau "Nurcu Movement", di mana kata Nur atau Nurcu diambil dari kitab guru mereka yang berjudul “Risale-i Nur”.

Baca juga: Tanzimat, Awal Mula Keruntuhan Turki Usmani

Peran Said Nursi dan gerakan spiritualnya bisa dikatakan sebagai respon terhadap Sekularisasi di Turki. Pada tahun 1913, Said Nursi mendapatkan dua kali dana pembangunan dari pemerintah untuk membangun universitasnya sendiri. Namun, ia selalu gagal karena perang berkecamuk.

Di awal karir intelektualnya, Said Nursi selalu melawan praktik-praktik keagamaan sarjana sekuler. Sepanjang perdebatan dengan kaum sekuler, Said Nursi terus mengembangkan pendidikannya di bidang fisika, matematika, dan kemudian filsafat.

Saat itu, sains modern tidak lagi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah keagamaan. Ini bagian dari dampak sekularisme di Turki.

Satu tahun sebelum Perang Dunia Pertama (1914), Said Nursi turun ke medan laga, mengorganisir kekuatan militer di Front Kaukasus untuk melawan invasi Rusia. Ia pun mendapat Medali Perang.

Pengalaman selama di medan perang ini jua menginpirasinya untuk melanjutkan karya tafsir al-Qur'an. Menurutnya, Al-Quran menganjurkan pengetahuan yang menggunakan pendekatan sains modern.

Dalam komentarnya terhadap al-Qur'an, Sa'id Nursi mengatakan bahwa dirinya sangat berharap bentuk penafsirannya ini akan diteruskan di masa-masa mendatang untuk mengembangkan Islam sekaligus sains modern.

Murid-murid Said Nursi yang paling terkenal antara lain: Mustafa Kemal Ataturk, dan Fethullah Gulen. Ketiga orang ini mempengaruhi wajah Turki modern, baik melalui pemikiran maupun aktivitas politik mereka.

Murid paling terpengaruh oleh pemikiran Said Nursi adalah Mustafa Kemal Ataturk. Ketika Ataturk menjadi Presiden pertama Republik Turki, ia menawari Sa'id Nursi sebagai Menteri Agama untuk wilayah Provinsi Timur Turki.

Namun, tawaran ini ditolak oleh Said Nursi. Karena Kemal Ataturk berharap Said Nursi tidak melakukan pemberontakan. Sejak penolakan itu, Said Nursi lepas dari lingkaran kekuasaan Kemal Ataturk (Sükran Vahide, Islam in modern Turkey: an intellectual biography of Bediuzzaman Said Nursi, 2005: 8).

Dikatakan juga bahwa Fethullah Gulen dipengaruhi oleh warisan pemikiran sarjana sufi Badiuszaman Said Nursi. Berbagai tulisan Gulen dibangun di atas fondasi yang dibentuk oleh Said Nursi, yang mengembangkan pemikiran Sufi Anatolia Maulana Jalaluddin Rumi.

Fethullah Gulen juga sering berdiskusi dengan Said Nursi tentang bukunya yang berjudul Risale-i Nur. Karenanya, gerakan yang digawangi oleh Gullen dianggap pengembangan dari gerakan Nurcu Movement. Walaupun pada gilirannya, ada banyak aspek yang merupakan pemikiran Gulen sendiri, yang bukan pengaruh pemikiran Sa'id Nursi (www.gulenmovement.com/).

Said Nursi meninggal pada 23 Maret 1960, dan dikebumikan di Urfa, Turki. Namun, pemikirannya terus hidup dan mengglobal. Bahkan, banyak pesantren di Indonesia yang mempelajari pemikiran Sa’id Nursi dan berharap belajar ke Turki.

Pada tahun 2015, misalnya, Pondok Modern Darussalam Gontor mengadakan Study Tour bertajuk "International Short Course on Bediuzzaman Said Nursi," yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor. Program Studi Pengayaan Lapangan (SPL) yang biasanya berlangsung hanya di dalam negeri, kini melangkah lebih jauh ke Istanbul.

Tahun 2018, Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta juga mengkaji pemikiran Said Nursi. Terakhir, tahun 2022, Pondok Pesantren Modern Al-Junaidiyah Biru, Sulawesi Selatan, juga mengkaji pemikiran Said Nursi. Inilah salah satu contoh pengaruh Said Nursi terhadap pemikiran Islam modern di dunia. dan penulispun hari ini berada di turki salah satunya untuk mempelajari pemikiran Said Nursi dan sejauh mana pengaruhnya di Turki dan dunia global, relevankah pemikirannya di aplikasikan di pesantren Bina Insan Mulia dan di Indonesia pada umumnya? Masih terlalu dini untuk menyimpulkan []

*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas