Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kita Memiliki Pemimpin Negara yang Berani
Karena sesungguhnya kesantunan karya-karya budaya kita itu sungguh diakui oleh bangsa-bangsa lain.
Editor: Muhammad Zulfikar
Ciri keempat, memiliki arah dan tujuan yang jelas yaitu memerdekakan diri dan memerdekakan bangsa, ini tujuan pendidikan gerakan pemuda oleh Ki Hadjar pada masa Zaman Bergerak, zaman di mana Ki Hadjar Dewantara dan para tokoh pergerakan nasional masih berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Lalu bagaimana dengan sekarang, perlu mendidik manusia merdeka untuk memerdekakan siapa?
Komarudin melanjutkan pernyataannya, secara ekonomi kalau mau jujur, bangsa Indonesia masih dijajah, tentunya karena belum mandiri secara ekonomi.
“Banyak regulasi, banyak sistem sangat bergantung pada tatanan dunia internasional atau negara-negara maju negara-negara adikuasa demikian juga teknologi kita Jujur saja masih dijajah,” kata Komarudin.
Komarudin mengungkapkan, sebenarnya banyak yang menginginkan ada produk-produk teknologi dalam negeri yang bisa menguasai pasar nasional dan menguasai pasar dunia.
“Faktanya di bidang otomotif kita masih selalu kalah dari Jepang walaupun inovasi - inovasi di bidang teknologi ini banyak dihasilkan oleh bangsa kita, anak-anak cerdas kita. Persoalannya tata kelola dunia hingga hari ini masih dalam hegemoni dan dominasi kelompok-kelompok tertentu,” ungkap Komarudin.
Menurut Komarudin, pendidikan gerakan pemuda Ki Hadjar Dewantara untuk melahirkan manusia mardika yang mana lahir dan batin hidupnya tidak terperintah: tidak bergantung kepada siapapun, dan justru memiliki kemandirian. Manusia mardika seperti itu yang akan memiliki keberanian, dan kemampuan untuk membebaskan perekonomian dan kebudayaan bangsanya dari hegemoni dan dominasi kelompok-kelompok pengontrol tatanan dunia sekarang ini.
“Ya, Alhamdulillah, kita memiliki pemimpin negara yang berani sehingga pernah mendongkrak itu. Presiden Soekarno pernah melakukan itu, bahkan Presiden Soeharto pernah melawan WTO walaupun akhirnya kita sampai mengalami Krismon (krisis moneter 1997-1998). Sekarang ketika perdagangan Kebijakan kelapa sawit dan sebagainya Jokowi berani menentang itu karena sesungguhnya bukan kita butuh pada mereka tapi mereka sesungguhnya butuh pada kita. Jadi kalau kita menunjukkan kemandirian diri, dan kedaulatan maka sesungguhnya kita juga akan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia,” papar Komarudin mengakhiri pidato ilmiahnya.
Diskusi online reboan bulanan Forum Diskusi Pedagogik IKA UNJ selain dihadiri para guru besar UNJ dan dosen UNJ, juga dihadiri para dosen Universitas Eks LPTK Negeri dan swasta, perguruan tinggi ilmu murni, para guru dan para calon guru dari Ibu Kota Jakarta dan berbagai daerah seperti NTB, UIN Dato Karamah Sulawesi Tengah, hingga Provinsi Papua. Para peserta diskusi yang hadir sebagian besar tergabung dalam WAG Forum Diskusi Pedagogik IKA UNJ, yang beranggotakan 253 peserta per 2 Maret 2023.
*Prof. Dr. Komarudin, M.Si., Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ)