Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Diplomasi Peri-Kebinatang-an ala Jusuf Kalla
Perlahan kekuatiran dan protes saya dapat terjawab secara lebih cepat dan lebih baik karena cara JK menjelaskan perihal komodo dengan logika sederhana
Editor: Malvyandie Haryadi
Begitupula pemilihan gubernur bupati dulu cukup dipilih oleh sekitar 50-100 anggota DPRD.
Demokrasi dan teknologi merubah segalanya di era sekarang. Demokrasi menjadi sebuah cara yang pada akhirnya melahirkan “sesuatu”.Teknologi menjadi alat atau salah satu instrumentnya.
Penyanyi atau bintang macam American Idol atau Indonesia Idol (untuk menyebut beberapa contoh) dinobatkan sebagai selebriti baru, berdasarkan banyaknya orang yang memilih baik melalui jalur sms atau pun internet.
Artinya demokrasi untuk memilih, menetapkan seseorang atau apa pun berdasarkan suara terbanyak — tentu saja setelah melewati tahapan penyaringan yang disepakati bersama dan terbilang ketat.
Adapun komodo juga telah melewati tahapan tahapan semacam itu. Awalnya ada sekitar 400 an lebih nama yang diusulkan sebagai calon 7 keajaiban dunia.
Baca juga: Menparekraf: Gua Batu Cermin Destinasi Wisata Unggulan Sebelum ke TN Komodo
Kemudian tersaring menjadi 75 an nama hingga terakhir tersisa 28 finalis termasuk komodo yang tengah bertarung meraih gelar 7 keajaiban dunia.
Mengerucut kepada pemilihan komodo sebagai 7 keajaiban dunia, dimata JK semestinya bukanlah hal yang sulit.
Pertama Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih 230 juta dengan jumlah pengguna handphone aktif sekitar 150 an juta (data lain menyebutkan 200 juta hp).
Optimisnya jika 150 juta pemilik hp tersebut terpanggil untuk vote komodo maka dapat dipastikan komodo akan masuk sebagai pemenang dengan angka sms tertinggi.
Pesimisnya kalau yang vote hanya 30 persen toh kita masih bisa mendapat peluang menang dengan sekitar 45 an juta sms.
Angka 45 an juta tersebut saya aminkan sebagai hal yang bisa terwujud, paling tidak jika membandingkan dengan jumlah sms yang beredar saat hari Raya Idul Fitri lalu.
Namun pemahaman yang paling masuk akal dan logic adalah penjelasan JK bahwa inilah cara paling murah mempromosikan Indonesia di tengah keterpurukan dan kegaduhan negatif dalam negeri.
Sepak bola yang kita dambakan mampu mengibarkan merah putih di kancah dunia untuk sementara harus lengser dulu.Tapi kita punya harapan dan mimpi baru yang sebentar lagi menjadi kenyataan, yaitu komodo.
“Komodo tetap komodo, komodo seratus tahun lagi tetap binatang, hidup di kubangan. Komodo tidak butuh baju baru, rumah baru, tidak butuh hp baru, bahkan komodo nya pun tidak tahu kalau dirinya terpilih menjadi tujuh keajaiban dunia,” ujar JK.