Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bunga-bunga Bermekaran dalam Narasi Simbolik
Melalui seni, manusia dapat mengungkapkan perasaan, ide dan keindahan dunia dengan cara yang terbilang unik dan melalui proses kreatif.
Editor: Hasanudin Aco
warna, bentuk dan hubungan di antara elemen-elemen karya ciptanya.
Kita diajak juga untuk bertamasya dengan dialog imajiner dan fantasi meyakini bahwa seni tidak hanya dipahami dari objek visual semata, tetapi juga penggabungan medium gagasan hingga menjadi karya yang utuh.
Pengalaman yang menggugah perasaan, pemikiran dan emosi hingga penikmat bisa merasakan sebuah kedalaman dan pandangan perupanya melalui bahasa simbol dan kehidupan.
Barangkali kita juga bisa melihat dalam trilogi ini, pandangan seni dalam sudut perspektif budaya dan sejarah.
Perupanya menganggap seni sebagai cerminan dari perkembangan masyarakat dan kehidupan manusia di setiap era dalam peradaban.
Menelusuri hubungan antar-seni dan budaya melalui hasil karya seni, kita dapat memahami nilai-nilai kepercayaan dan ritual yang ada di dalam kehidupan masyarakat.
Pemahaman ini membantu kita mengenali warisan budaya leluhur dan memberikan apresiasi terhadap karya seni masa lampau yang memiliki nilai sejarah kuat.
Beberapa aspek seni dari perspektif moral dan filosofi, perupanya percaya bahwa seni juga dapat menjadi medium untuk menyampaikan nilai-nilai moral dan filosofis kepada masyarakat.
Di dalamnya terjadi eksplorasi pertanyaan retorika, eksistensi dan tujuan hidup yang abstrak, bila berpandangan bahwa seni bukan hanya
keindahan visual semata tetapi juga dapat merangsang pemikiran kritis dan refleksi diri manusia, pandangan diskursus yang tidak pernah berakhir.
Bunga dalam bentuk gubahan begitu penting kehadirannya di dalam simbol dan
perlambang, pandangan-pandangan ini tidak menjadi eksklusif karena estetika mampu mengubah medium yang mengolaborasikan dari segi estetika, budaya dan moral, dan di dalamnya sebagai perwujudan dari kekayaan manusia dan keindahan yang melekat tentang bagaimana keindahan alam dan kehidupan terhubung antara manusia dan alam dan siklus yang tidak terhindar dari kelahiran, pertumbuhan dan kematian.
Dari awal trilogi puspita, kusuma dan sekar ditutup dengan kehidupan akhir memperlihatkan kepada kita semua ada sesuatu yang Maha Besar dari unsur keindahan yang terberi.