Tribunners / Citizen Journalism
Mengkritisi Tulisan Imam Jazuli soal Pidato Rais 'Am PBNU Kiai Miftahul Akhyar
Tulisan dari sosok yang dikenal kiai muda asal Cirebon itu sama sekali tak menunjukkan sebagai orang yang mendalam secara keilmuan.
Editor: Dewi Agustina
Beruntung, PBNU sendiri tampak tidak berminat merespons opini-opini yang dia lancarkan lewat berbagai jaringan medianya.
Saya optimistis PBNU tidak melihat Imam Jazuli sebagai batu sandungan.
Dan menurut saya, PBNU hari ini sudah benar di jalurnya karena terus fokus untuk mendampingi umat.
Imam Jazuli bukanlah lawan orang-orang di PBNU.
Maka apa yang hari ini dilakukan oleh PBNU sudah sesuai dengan mandat khittah NU sebagai organisasi sosial keagamaan.
Ada banyak tugas besar yang menjadi tantangan NU baik sosial, moral, budaya, kesehatan, dan ekonomi.
Apalagi, Indonesia pada 2024 mendatang akan kembali mengadakan perhelatan besar pesta demokrasi.
Itu semua adalah persoalan kompleks yang tidak bisa disederhanakan begitu saja sebagaimana disampaikan oleh Imam Jazuli.
Semua harus dipikirkan matang-matang dan tidak bisa dipersempit bahkan secara konyol dengan mengatakan solusinya adalah warga NU seluruhnya untuk ikut PKB.
Kenapa tidak harus PKB? Ya karena PKB ternyata bukan partai yang mayoritas dipilih warga NU sebagaimana tergambar dari survei LSI Denny JA pada Agustus 2023.
Di mana dari survei itu terungkap bahwa persentase warga NU dari total penduduk muslim di Indonesia adalah sebesar 56,9 persen.
Dari jumlah tersebut yang memilih PKB hanya 11,6% saja.
Bahkan lebih jauh saya menilai manuver-manuver yang dilakukan Imam Jazuli belakangan ini tak mampu membesarkan PKB.
Malah sebaliknya perlahan membongkar watak bobrok sejumlah elite partai.